Ahad 08 Dec 2019 03:21 WIB

Kinerja Mentan SYL Mulai Diapresiasi Anggota Komisi IV DPR

Apresiasi tersebut terhadap gebrakan SYL yang fokus pada pendataan yang lebih baik.

Kinerja Mentan Syahrul Yasin Limpo di masa awal jabatannya dengan mendata lahan pertanian di Indonesia mendapat apresiasi DPR. Pertanian Indonesia. (Ilustrasi)
Foto: Kementan
Kinerja Mentan Syahrul Yasin Limpo di masa awal jabatannya dengan mendata lahan pertanian di Indonesia mendapat apresiasi DPR. Pertanian Indonesia. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terobosan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo yang akrab disapa SYL diawal kepemimpinannya di Kementerian Pertanian (Kementan) dalam mengakselerasi kemajuan pembangunan pertanian mulai mendapat apresiasi dari anggota Komisi IV DPR RI, Endro Hermono. Apresiasi tersebut terhadap gebrakan SYL yang fokus pada pendataan agar lanjutan data menjadi lebih baik dan satu data sebagai rujukan.

"Perbaikan data penting, salah satunya agar penyajian data sawah, khususnya sawah-sawah sesuai peruntukannya sehingga tidak ada sawah yang ditelantarkan. Data sawah dari periode 2013 hingga 2018 mengalami penurunan sebanyak 8,38 persen," demikian ujar Endro, Sabtu (7/12) dalam siaran persnya.

Baca Juga

Sementara itu, sambungnya, data sawah untuk petaninya sendiri yakni dalam artian petani tidak mau mengerjakan dengan periode yang sama, menunjukan turun sekitar 23 persen.

“Kami berharap agar tanah-tanah tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, sehingga dapat meminimalisir pencetakan sawah yang justru memiliki resiko yang lebih besar, baik itu resiko pembelian tanah, pemeliharaan tanah, maupun resiko minimnya sumber-sumber irigasi lahan persawahan,” tegasnya.

Menurut Endro, terobosan data presesi di sektor pertanian sangat penting sebab dari perhitungan prediksi hasil, masih ada beberapa teori dengan luasan sama, tetapi hasilnya berbeda. Pasalnya, masih ada beberapa teori dengan luasan sama, tetapi hasilnya berbeda.

"Kami meminta sinkronisasi cara penghitungan prediksi hasil. Kami berharap, Kementerian Pertanian dapat menuntaskan program-program yang telah dibuat," ujarnya.

Contohnya, sebut Endro, ketika ada kelangkaan jagung di Kabupaten Blitar Jawa Timur, akhirnya diberikan bibit jagung oleh Kementerian Pertanian. Tapi, karena keterbatasan, akhirnya ditanam di bawah tegakan kehutanan.

"Akibatnya, pupuk bersubsidi menjadi rebutan,” tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement