REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat (Jabar) menyatakan pekerja dari Vietnam dan Thailand dinilai paling siap menghadapi industri mobil listrik dibandingkan dengan pekerja Indonesia.
"Kalau saat ini, untuk SDM yang siap untuk mobil listrik itu Vietnam dan Thailand ya. Thailand terutama. Jadi kita punya kendala di pendidikan vokasi, ini yang harus kita perkuat," kata Wakil Ketua Umum Kadin Jawa Barat Bidang Teknologi dan Data Potensi Usaha Hadi S Cokrodimejo pada acara Jabar Punya Informasi (Japri) di Gedung Sate Bandung, Kamis (5/12).
Dia mengatakan dua negara tersebut saat ini sudah mempersiapkan berbagai aspek untuk pengembangan produksi mobil listrik. Sementara di Indonesia, kata Hadi, baik dari SDM maupun fasilitas pendukung untuk industri mobil listrik masih minim.
"Tempat praktik di SMK kita rata-rata untuk mesin manual dan sekarang kebanyakan transmisi otomatik," kata dia.
Oleh karena itu, lanjut dia, jika pemerintah pusat dan daerah tidak mau ikut andil terkait perkembangan industri mobil listrik maka pekerja dari Vietnam dan Thailand bisa mengambil peluang kerja di Indonesia saat Hyundai Motor Company membangun pusat manufaktur yang pertama di Cikarang, Jawa Barat.
Kadin Jabar juga meminta produsen kendaraan asal Korea Selatan, Hyundai Motor Company membangun tempat pelatihan perakitan mobil listrik bagi siswa SMK, terkait keputusan Hyundai yang akan membangun pusat manufaktur pertama di Indonesia. "Itu bentuknya bisa factory teaching di SMK atau di politeknik atau di Balai Latihan Kerja. Jadi Hyundai harus memberikan peralatan di-update," kata Hadi.
Menurut dia, saat ini SMK, politeknik, hingga Balai Latihan Kerja di Jawa Barat masih belum memiliki tempat pelatihan untuk mobil listrik. "Jadi kita (Indonesia) punya kendala di pendidikan vokasi, yakni di SMK dan politeknik, dan itu harus kuat dulu. Kemudian keahlian, masalah peralatan kita memang kurang, kita berharap Pemprov Jabar bisa mendanai SMK, politeknik diperkuat," kata Hadi.