REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membuka peluang pihak swasta menjual dan memproduksi avtur di dalam negeri. Langkah ini guna menekan tingginya harga avtur, sehingga berdampak pada penurunan harga tiket pesawat terbang.
Pengamat BUMN Toto Pranoto menilai langkah yang dilakukan pemerintah tersebut dapat memberikan keadilan bagi para pelaku usaha bidang minyak dan gas (migas).
“Saya kira ini langkah bagus supaya Pertamina punya kompetitor, sehingga daya saing Pertamina juga bisa meningkat,” ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Rabu (3/12).
Nantinya, diharapkan Toto, apabila langkah ini sudah teralisasi maka penjualan avtur bisa dilakukan hingga pelosok daerah yang permintaan avtur menipis. “Jual avtur bukan saja di wilayah gemuk tapi juga harus sampai wilayah remote yang kurang demandnya,” ucapnya.
Berbeda dengan Toto, menurut Pengamat BUMN Arif Puyono menilai keberadaan swasta ikut menjual avtur justru akan memicu kepentingan bisnis secara pribadi. Bahkan, pihak swasta sangat berbahaya karena dapat terjadi sabotage dan menganggu keamanan nasional.
“Ngapain kok malah buka peluang swasta sih. Nih kalau membuka peluang swasta itu sama saja Erick mau menghancurkan penjualan avtur Pertamina dong. Buat apa Ahok ditaruh di Pertamina agar bisa membuat avtur murah?,” ucapnya.
Arif juga menilai jika pihak swasta menjual avtur terealisasi maka yang terjadi harganya semakin mahal. “Dikasih swasta sangat berbahaya menganggu keamanan national jika swasta penjual avtur mogok tidak mau melakukan refuel seluruh airport Indonesia,” ucapnya.