REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, kebijakan kenaikan tarif listrik yang bakal diterapkan pada tahun depan bakal mendorong kenaikan laju inflasi nasional. Kepala BPS, Suhariyanto mengharapkan agar kenaikan kebijakan tarif listrik tahun depan tidak akan dilakukan secara signifikan demi memperkecil potensi gejolak inflasi.
"Bobot tarif listrik terhadap inflasi cukup besar jadi pasti berpengaruh, cuma ini kan belum ada kepastian (harganya)," kata Suhariyanto di Jakarta, Senin (2/12).
Suhariyanto mengatakan, tarif listrik merupakan salah satu komoditas administered prices yang menyebabkan inflasi. "Kita berharap tidak ada kebijakan drastis yang bisa mempengaruhi administered prices," tuturnya menambahkan.
Sebagaimana diketahui, pelanggan listrik golongan 900 volt ampere untuk rumah tangga mampu akan mengikuti skema penyesuaian tarif atau tarif adjusment tiga bulanan setelah subsidi listriknya dicabut. Penyesuaian tarif akan mulai dilakukan pada Januari mendatang.
Kebijakan penyeusaian tarif itu juga telah mendapatkan persetujuan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Adapun, untuk pelanggan listrik 900 VA bagi kelas masyarakat tidak mampu akan tetap mendapatkan subsidi. Berdasarkan data pemerintah, jumlah pelanggan 900 VA untuk rumah tangga mampu sebanyak 24,4 juta pelanggan, sedangkan yang tidak mampu sebesar 7,17 juta pelanggan.