REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengaku salah satu komponen penting dalam mengejar target ratio elektrifikasi adalah pembangunan transmisi. Namun PLN dalam membangun transmisi masih banyak menemui kendala.
Plt Direktur Utama PLN, Sripeni Inten Cahyani, menjelaskan dalam proyek 35 gigawatt (GW) pembangunan transmisi tertinggal jauh. Padahal, ia mengakui keberadaan transmisi mendorong kecepatan tercapainya ratio elektrifikasi.
"Transmisi jauh tertinggal karena sangat jauh cakupan yang harus dialiri listrik. Padahal transmisi mendorong kecepatan terpenuhinya ratio elektrifikasi," ujar Sripeni di DPR, Senin (25/11) lalu.
Sripeni menjelaskan selama ini pembangkit dengan mudah dibangun. Namun keberadaan transmisi juga perlu ditingkatkan karena pembangkit tanpa transmisi tidak bisa tersambung ke rumah rumah warga.
Salah satu kendala pembangunan transmisi kata Sripeni adalah persoalan pembebasan lahan. "Transmisi kan jaraknya jauh-jauh, dan ada beberapa tower yang di tengah menghambat dan mengharuskan kami merelokasi. Terus terang persoalan pembebasan lahan menjadi hambatan," ujar Sripeni.
Untuk bisa menyelesaikan persoalan ini, PLN menggandeng Agraria dan Tata Ruang (ATR) untuk bisa menyelesaikan pembebasan lahan ini. Ia berharap dengan dukungan dari Pemerintah, PLN bisa mempercepat pembangunan transmisi.
Hingga Oktober tahun ini, total panjang transmisi pembangkit listrik sudah mencapai sebesar 47.646 sirkit dimana 40 persen atau setara 19.149,8 km sirkit sudah beroperasi. Sebesar 32 persen atau setara 15.319,2 km sirkit masih masa konstruksi dan 13.177 km sirkit sisanya masih tahap pra konstruksi atau proses pengadaan.