Senin 25 Nov 2019 06:06 WIB

Pasar Obligasi dan Saham Indonesia Semakin Diminati Asing

Indonesia menawarkan imbal hasil kisaran tujuh persen untuk obligasi pemerintah.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Selain saham dan reksadana, obligasi bisa menjadi salah satu sarana investasi.
Foto: Aditya Pradana P/Republika
Selain saham dan reksadana, obligasi bisa menjadi salah satu sarana investasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Manulife Aset Manajemen Indonesia menilai saat ini pasar obligasi Indonesia masih cukup konstruktif. Tren suku bunga rendah secara global masih akan mendorong investor untuk mencari obligasi-obligasi dengan imbal hasil yang menarik, salah satunya Indonesia.

Menurut Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Dimas Ardhinugraha saat ini Indonesia menawarkan imbal hasil kisaran tujuh persen untuk obligasi pemerintah. Jika bandingkan dengan pasar secara global, 40 persen dari obligasi pemerintah global menawarkan imbal hasil negatif.

Baca Juga

"Jadi tentunya Indonesia menawarkan suatu daya tarik tersendiri," ujarnya kepada Republika di Jakarta, Senin (25/11).

Menurutnya Indonesia juga menawarkan kondisi makro ekonomi yang stabil dengan kondisi inflasi rendah, pertumbuhan ekonomi terjaga dan juga nilai tukar yang stabil. Ini tentunya merupakan daya tarik sendiri bagi investor global.

"Kalau kita lihat sepanjang tahun ini investor asing mencatatkan pembelian bersih senilai 11 miliar dolar AS walaupun kondisi pasar global yang sedang fluktuatif," jelasnya.

Sementara kondisi pasar saham di Indonesia, Dimas menilai Indonesia menawarkan value yang sangat menarik. Jadi dengan kondisi global yang sentimennya membaik akan membantu mengangkat sentimen untuk pasar saham di Indonesia.

"Kita melihat adanya potensi positif dari efek penurunan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia tahun ini, yang dapat mulai memberikan dampak positif ke pasar didepannya," ucapnya.

Ke depan, kondisi pasar obligasi dan saham yang membaik di Indonesia membuat para investor melakukan diversifikasi investasi sesuai tujuan keuangan, jangka waktu dan profil risiko masing-masing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement