REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR -- Koperasi Peternak Unggas Sejahtera Blitar (Koperasi Putera Blitar) menegaskan bahwa para peternak ayam di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, tidak mengkhawatirkan isu telur dari Jatim memiliki tingkat kontaminasi dioksin atau bahan kimia berbahaya sisa pembakaran plastik, karena proses pemberian pakan ayam sesuai dengan standar kesehatan.
"Yang diisukan tidak benar. Yang sekarang beredar di Indonesia itu dijamin aman. Pakan sudah standar pabrik, vaksinasi standar, jadi tidak masalah," kata Ketua Koperasi Putera Blitar, Sukarman di Blitar, Kamis (21/11).
Sukarman mengatakan, beragam isu seringkali menimpa para peternak, termasuk telur sintetis atau telur palsu. Para peternak meyakinkan bahwa telur ayam yang diproduksi dari sentra peternakan mereka merupakan telur dengan kualitas terbaik dan sehat.
Pihaknya memberikan apresiasi terhadap langkah yang sudah dilakukan oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa serta Dinas Peternakan Provinsi Jatim yang langsung sigap guna mengontrol isu tersebut.
Bahkan, lanjutnya, petugas dari Dinas Peternakan Jatim juga sudah menemui peternak di Kabupaten Blitar dan memberikan imbauan agar peternak tenang. Namun, ia mengatakan harga telur saat ini memang naik turun. Masih belum diketahui, apakah hal itu karena pengaruh isu telur yang terkontaminasi itu atau karena pengaruh pasar.
Sekitar empat hari lalu, harga dari peternak dari semula Rp 20 ribu per kilogram turun menjadi sekitar Rp 18 ribu per kilogram. Kini harga sudah mulai merangkak naik lagi sekitar Rp 20 ribu per kilogram dari peternak.
Terkait dengan pengiriman telur, Sukarman menyebut selama ini hal tersebut tidak menjadi masalah. Pihaknya sudah mempunyai kerjasama dengan beberapa pihak untuk pendistribusian telur ayam.
Peternak ayam petelur Kabupaten Blitar memasok telur hingga ke DKI Jakarta. Tidak hanya daerah itu, melainkan sejumlah kota lainnya seperti Tasikmalaya, Kediri hingga Kalimantan. Per hari pengiriman bisa hingga mencapai 450 ton.
"Pengiriman tidak ada pengaruhnya, tetap aman. Mudah-mudahan ini tidak menganggu harga telur di peternak, kasihan mereka," katanya.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sebelumnya mengimbau masyarakat agar tidak mengkhawatirkan telur ayam produksi peternak di wilayahnya karena telah melalui proses terstandarisasi.
"Saya ingin sampaikan ke masyarakat seluruh Indonesia, bukan Jawa Timur saja, bahwa telur dari sini aman dan tak ada yang dikhawatirkan," ujarnya.
Menurut Gubernur, informasi yang terkonfirmasi di dalam publikasi tersebut merupakan ayam yang dilepas sehingga menjadi sangat berbeda dengan telur ayam produksi peternak.
"Ini telur yang dijual komersial dan menjadi pemasok pasar-pasar tradisional dan modern dengan menggunakan pakan terstandarisasi, serta prosesnya melalui proses yang higienis. Ini yang membedakan dengan ayam kampung lepasan," ucapnya.
Terhadap hasil penelitian di Tropodo, lanjutnya, Pemprov Jatim menghormatinya dan telah menurunkan tim dari Dinas Peternakan Jatim bersama Fakultas Peternakan Universitas Airlangga Surabaya membantu melakukan uji laboratorium.