Jumat 15 Nov 2019 13:52 WIB

Januari-Oktober 2019, Impor Bahan Baku Turun 11,19 Persen

Pada Oktober tahun lalu, nilai impor sempat menyentuh 17,67 miliar dolar AS.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi ekspor impor.
Foto: ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Ilustrasi ekspor impor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kinerja impor pada bulan Oktober 2019 mengalami penurunan 16,39 persen secara tahunan (yoy) dibanding Oktober 2018 menjadi hanya 14,77 miliar dolar AS. Pada Oktober tahun lalu, nilai impor sempat menyentuh 17,67 miliar dolar AS.

Adapun kinerja impor kumulatif kurun waktu Januari-Oktober 2019, tercatat sebesar 140,9 miliar dolar AS. Angka tersebut turun dibanding periode sama tahun lalu sebesar 156,4 miliar dolar AS.

Namun, penurunan impor itu tidak serta merta menunjukkan sinyal positif bagi neraca perdagangan Indonesia. Sebab, Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, penurunan impor terjadi pada semua golongan barang. Baik barang konsumsi, barang modal, maupun bahan baku yang digunakan industri dalam negeri.

BPS mencatat, selama Januari-Oktober 2019, impor barang konsumsi mencapai 13,1 miliar dolar AS, turun 8,31 persen dibanding waktu yang sama tahun lalu. Sementara itu, impor barang modal sebesar 23,45 miliar dolar AS atau turun 4,94 miliar.

Terakhir, bahan baku anjlok hingga 11,19 persen menjadi hanya 104,34 miliar dolar AS dari periode sama tahun lalu sebesar 117,5 miliar dolar AS.

Suhariyanto mengatakan, secara prinsip jika yang turun hanya barang konsumsi hal itu menunjukkan situasi positif karena menandakan terjadi substitusi dari produk impor menjadi produk lokal. Namun, barang modal hingga bahan baku ikut mengalami pertumbuhan negatif.

"Impor barang konsumsi turun oke tidak apa-apa. Tapi kalau bahan baku yang turun tentunya harus dicermati," kata Suhariyanto dalam Konferensi Pers di Jakarta, Jumat (15/11).

Lebih detail, volume impor bahan baku dan penolong pada Januari-Oktober 2019 mencapai 124,7 juta ton, turun 5,45 persen dibanding Januari-Oktober 2018 yang tembus 131,9 juta ton. Setidaknya terdapat 10 komoditas bahan baku yang diimpor. Mencakup bahan baku untuk makanan dan minuman, bahan bakar dan pelumas, hingga suku cadang untuk alat angkutan dan barang modal.

Impor terbesar berasal dari Cina yang memiliki pangsa impor hingga 36,32 miliar dolar AS atau 29,46 persen terhadap keseluruhan impor. Masih dara data BPS, Indonesia tercatat mengimpor bahan baku dari Cina dengan total nilai 21,87 juta ton.

Suhariyanto memaparkan, adapun khusus pada bulan Oktober 2019 ini, impor bahan baku mengalami kenaikan 6,17 persen dibanding September 2019 menjadi 10,89 miliar dolar AS. Namun, dibanding Oktober 2018, nilai impor tersebut anjlok hingga 18,76 persen.

Rendahnya impor bahan baku pada Oktober tahun ini mengkonfirmasi data pertumbuhan industri manufaktur dari sisi produksi. Berdasarkan hasil riset dari IHS Markit, angka purchasing manager index (PMI) manufaktur pada bulan Oktober turun ke level 47,7 dari posisi September lalu sebesar 49,1. Skor PMI manufaktur Indonesia yang berada di bawah level 50, menunjukkan bahwa terjadi kontraksi pada manufaktur dari sisi produksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement