Kamis 14 Nov 2019 06:11 WIB

Resesi Ekonomi Pasti Terjadi

Pengaruh resesi ekonomi global 3-4 bulan.

Forum Majelis Reboan DPP Hidayatullah di  Jakarta, Rabu  (13/11).
Foto: Dok Hidayatullah
Forum Majelis Reboan DPP Hidayatullah di Jakarta, Rabu (13/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Resesi ekonomi alias kemerosotan ekonomi dunia dan Indonesia dinilai oleh Ketua Bidang EKUINTEKLH  DPP Partai Keadilan Sejahtera, Memed Sosiawan bersifat pasti.

"Resesi itu membayangi ekonomi global, jadi memang pasti. Jadi di Indonesia itu pasti. Pengaruhnya biasanya tiga  sampai empat bulan. Ini terjadi  akibat  trade war (perang dagang) yang sebenarnya lanjutan daripada currency war (perang mata uang) yang diawali dengan oil war (perang minyak)," ulasnya saat memaparkan materi "Tadabbur dan Prediksi Ekonomi Keuangan dan Industri Pasca Terbentuknya Kabinet Indonesia Maju" di Forum Majelis Reboan DPP Hidayatullah, Jakarta, Rabu  (13/11).

Majelis Reboan adalah forum sharing dan diskusi perihal ekonomi yang dibidani oleh Ketua Bidang Ekonomi DPP Hidayatullah, Asih Subagyo.

Ia menambahkan, Indonesia kian serius menghadapi masalah ekonomi saat melihat transformasi struktur ekonomi Indonesia yang bisa dikatakan cenderung melemah.

Ia menjelaskan, sejak Indonesia merdeka sampai tahun 1985,  sektor pertanian masih memberikan kontribusi yang tertinggi terhadap PDB dibandingkan dengan sektor lainnya. Dan, pemberi kontribusi yang kedua adalah sektor pertambangan. Namun sejak 1995 kontribusi yang tinggi dari sektor pertanian dan sektor pertambangan mulai digantikan oleh sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan,  hotel dan restoran. 

“Sampai 2010 kontribusi sektor industri dan pengolahan terus meningkat sejak tahun 1985. Namun,  setelah itu, terlihat bahwa kontribusi sektori industri dan pengolahan cenderung menurun terus dan penurunan kontribusinya diisi oleh kontribusi sektor keuangan dan sektor jasa," urainya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Kebijakan pemerintah yang cenderung menomorsatukan infrastruktur juga perlahan namun pasti akan mengubah matapencaharian rakyat.

"Jadi kita antisipasi dengan adanya jalan tol maka ini akan terjadi banyak migrasi. Para petani pindah jadi buruh, buruh kemudian menjadi pekerja lepas, dan kemudian pindah ke kota. Jadi Indonesia lemah," tegasnya. 

Kondisi kian memburuk jika memerhatikan sektor tambang. "Kenapa tambang ini? Tambang  kita kelola dalam bentuk barang mentah. Tambang itu  dikeruk dan  dijual. Lama-lama habis. Kalau habis,  bagaimana kira-kira? Itu pertanyaan kita terhadap masa depan anak cucu kita," tegasnya.

Menurutnya,  China  tertarik ke Indonesia juga  karena sektor tambang. "Ya, untuk ngeruk tambang ini. Karena tidak ada investor yang mau masuk ke sektor pertanian," urainya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement