REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto menyatakan, saat ini belum ada kebijakan impor pangan pokok. Pemerintah, kata dia, akan melakukan evaluasi dahulu untuk melihat kebutuhan di lapangan.
"Ini sesuai arahan Presiden, supaya impor lebih selektif. Jangan sampai pada saat panen, kita impor barang sama sehingga pasokan bisa berlebihan," ujar Agus kepada wartawan di Jakarta, Rabu, (13/11).
Ia menegaskan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) tidak melarang impor. Hanya saja perlu ada penyeleksian supaya waktunya tepat.
Agus menuturkan, salah satu tujuan impor yakni memenuhi kecukupan pasokan bahan pangan. Sementara menurutnya, saat ini pasokan tersebut masih cukup.
"Impor juga harus hati-hati. Jangan sampai mengubah iklim usaha yang ada di daerah," tuturnya.
Demi memperkecil defisit neraca perdagangan pada akhir tahun ini, Agus melanjutkan, ekspor harus ditingkatkan. Dengan begitu impor dan ekspor dapat seimbang, sehingga defisit berkurang.
"Kita ekspor produk-produk dalam negeri. Seperti kemarin sudah kerja sama mitra kita dengan Perum Bulog untuk penetrasi pasar, khususnya beras medium. Ini langkah positif," kata Agus.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia defisit sebesar 160,5 juta dolar AS pada September 2019. Salah satu penyebabnya yaitu, tingginya impor migas yang mencapai 1,59 miliar dolar AS, sedangkan ekspor migas nasional hanya sebesar 830,1 juta dolar AS.
Secara kumulatif, defisit neraca perdagangan periode Januari sampai September 2019 turun 49 persen menjadi 1,95 miliar dolar AS. Sebelumnya pada periode sama tahun lalu defisit neraca perdagangan mencapai 3,82 miliar dolar AS.