REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) berkolaborasi dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk membangun pertanian menuju era 4.0. Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan pemerintah sangat membutuhkan peran serta kampus dalam memberikan saran untuk perkembangan pertanian kedepannya.
Mentan SYL merasa terbuka dengan IPB untuk menerima saran dan berkolaborasi. "Saya 25 tahun jadi kepala daerah. Selalu perguruan tinggi yang jadi sandaran saya cuma memang biasa saya combine antara teori yang ideal yang hitungannya biasanya mahal mahal dengan kondisi yang seperti apa yang kami temui dilapangan seperti itu. Saya gak biasa jalan sendiri ada perguruan tinggi dibalik saya,” ucap Syahrul, saat bertemu dengan Rektor IPB.
Mentan mengakui jika saat ini hasil dilapangan akan menjadi skala prioritas yang penting. Hasil yang didapatkan dari kinerja yang dilakukan juga harus cepat apalagi di era 4.0 ini.
Syahrul juga meminta seluruh jajarannya untuk selalu belajar melihat kondisi lapangan negara maju saat ini . “Saya butuh kampus untuk memback-up saya. Kita kejar ketertinggalan kita. Mulai dari seperti apa supporting mekanisasi yang baik, juga bijaksana melihat demografi kita yang juga sangat besar,” ungkapnya.
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo menerima kunjungan rektor IPB Arif Satria, Senin (11/11).
Rektor IPB Arif Satria mengatakan Mentan punya keinginan besar agar kebijakan ke depan yang ditampilkan Kementan itu memiliki basis sainstifik yang demikian kuat.
“Bahwa era kedepan adalah era dimana data itu menjadi kekuatan dan kebetulan ini sinergis dengan apa yang dilakukan Pak Menteri bahwa kita sama sama bicara akurasi data penting untuk mengambil keputusan yang tepat,” ucap Arif.
Arif mengungkapkan akan terus menggali data, terus perkuat data yang ada dan termasuk juga di dalamnya perihal bagaimana perkembangan untuk regenerasi petani. Kondisi saat ini petani Indonesia rata rata sudah berumur 47 tahun keatas.
“Petani di Indonesia akan terjadi krisis 10 tahun lagi sampai 15 tahun lagi dan itu kalau tidak diantisipasi maka akan benar benar krisis. Program Kementan dan IPB ada program generasi petani membangun petani petani milenial untuk memperkuat ketahanan pangan dari sisi hulu dan dan pelaku pelaku usaha di lapangan,” ucap dia.
Disamping itu, arif mengatakan jika saat ini IPB memiliki program untuk mencetak technopreneur serta mencetak sociopreneur. Technopreneur adalah pelaku usaha, sosiopreneur adalah orang orang yang memanfaatkan inovasi untuk pendampingan apalagi di era 4.0.
"Ini akan kita perkuat dan semoga akselerasi penerapan 4.0 ini akan bisa kita lakukan dan pada saat yang sama sehingga kita akan lakukan proses percepatan transformasi masyarakat dipedesaan supaya mereka bener benar siap dengan teknologi baru ini,” kata Arif.
Arif mengungkapkan juga bahwa tim IPB beserta jajarannya dalam waktu dekat akan mendukung warroom yang akan segera di bentuk oleh Kementan. Warroom akan menjadi pusat pengendalian data pertanian nasional. Kementan meminta adanya penguatan IT dan penguatan substansi aspek digitalisasi.
Arif menambahkan dalam waktu dekat Mentan beserta jajarannya akan datang ke IPB untuk mendiskusikan perihal apa yang bisa dikerjakan bersama khususnya untuk menyongsong 2020. Menurutnya, saatnya Litbang Kementan dengan IPB semakin kuat sinerginya.
Dia mencontohkan seperti yang terjadi di Belanda dan Jepang dimana kampus besar memiliki sinergi kuat untuk riset antara kampus dengan pemerintahan. Menruutnya, di negara gtersebut sudah tidak ada dualisme lagi namun sudah menyatu.
"Kita berharap sinergitas ini saling menguntungkan, saling manfaatkan , saling membesarkan dan lebih terarah dan teratur karena fokus pada hal yang bisa kita lakukan bersama," ucap dia.