Kamis 07 Nov 2019 06:08 WIB

Iklan Lewat Influencer: Jumlah Followers atau Sasaran?

Benarkah followers banyak dapat memicu kenaikan penjualan pada sebuah produk?

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Mengiklan Lewat Influencer: Jumlah Followers atau Jumlah Sasaran?. (FOTO: Bernadinus Adi Pramudita)
Mengiklan Lewat Influencer: Jumlah Followers atau Jumlah Sasaran?. (FOTO: Bernadinus Adi Pramudita)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta -- Beriklan melalui media sosial, khususnya lewat influencer atau selebriti, memang sedang menjadi tren dalam dunia pemasaran digital saat ini. Influencer dengan jumlah pengikut atau followers yang banyak kerap kali dijadikan acuan bagi pelaku usaha dalam melakukan promosi. Namun, benarkah followers banyak dapat memicu kenaikan penjualan pada sebuah produk?

Business Director Famous Allstars, Alex Wijaya, mengakui bahwa jumlah followers pada influencer tidak selalu menjamin pengaruhnya terhadap kenaikan dari sisi penjualan akibat promosi dari influencer.

Baca Juga: Allstars.id Platform Pertama Penghubung Influencer dengan Pelaku Usaha

"Jumlah followers itu bukan nomor satu karena bukan banyak, tapi tepat. Karena kalau dibilang banyak, belum tentu bisa convert jadi sales. Karena banyak itu artiny, banyak yang lihat. Tepat. Walaupun cuma seribu followers-nya, dia orang yang tepat," ujarnya di Menara Rajawali, Rabu (6/11/2019).

Menurutnya, ketepatan sasaran pasar justru lebih efektif meningkatkan penjualan daripada cakupan yang diperoleh dari followers yang jumlahnya banyak. "Kalau saya punya followers seribu, terus saya bilang 'makan nih ropang enak'. Meskipun followers saya cuma seribu, saya yakin 900 percaya sama saya. Kenapa? Karena kredibilitas dari ratusan itu lebih tinggi," tambahnya.

Hal tersebut juga diakui oleh pelaku usaha yang bergerak di bidang kuliner, Tjoek Widharyoko. Ia yang saat ini menjabat sebagai CMO dari Ropang OTW ini mengakui bahwa ada pergeseran pola pikir dalam melakukan promosi melalui influencer.

"Dulu kita mencari satu-satu influencer. Kita mencarinya based on followers karena kita dulu masih percaya followers banyak dapat exposure banyak. Satu dua tahun terakhir ini ada perubahan berpikir. Lebih ke influencer yang followers-nya tidak terlalu banyak, tapi lebih mempengaruhi followers-nya," katanya di Menara Rajawali, Rabu (6/11/2019).

Tjoek juga menyebut ada peningkatan penjualan ketika melakukan promosi melalui influencer. Namun, menurutnya sulit untuk menghitung berapa persen kenaikan penjualan melalui influencer pada bisnis kuliner.

"Peningkatannya berapa kita tidak bisa ukur ya. Dengan misalnya iklan lewat selebriti yang followers-nya satu juta dibandingkan influencer yang followers-nya sepuluh ribu, kita tidak bisa ukur pelanggan yang datang apakah dari selebriti yang followers-nya satu juta atau influencer yang followers-nya sepuluh ribu," tambahnya.

Lantas, apakah yang membuat seorang influencer berpengaruh dalam melakukan promosi sebuah produk?

Indra Sugiarto, seorang influencer, menjawab pertanyaan ini. Menurutnya, apa yang dapat meningkatkan penjualan suatu produk lewat influencer adalah bagaimana sikap seorang influencer terhadap pengikutnya.

"Ketika temen UMKM mau mencari influencer melalui channel apapun, dilihat juga profil dia. Apakah dia punya waktu membalas komentar teman-teman followers-nya, bagaimana dia men-treat followers-nya itu penting banget karena itu yang men-drive mereka ke sales," ujarnya di Menara Rajawali, Rabu (6/11/2019).

Baca Juga: Twitter Stop Iklan Politik, Bos Facebook: Alasan Kami Bukan Uang

"Betul, memang belum tentu followers-nya banyak akan men-drive ke sales," tambahnya. Alex juga mengatakan hal yang senada. Menurutnya, bagaimana influencer berinteraksi dengan pengikutnya dan bagaimana kredibilitas dari seorang influencer sangat menentukan dampak dari promosi.

"Karena bukan masalah reach doang 'oh yang baca seribu orang', tapi tingkat kepercayaan, engagement, dan kredibilitas dari influencer itu yang membuat dampaknya tinggi," katanya.

Meski demikian, menurut Indra, bukan berarti influencer dengan jumlah pengikut yang banyak akan memberikan dampak minimal pada peningkatan penjualan. Menurutnya, masih banyak influencer yang memiliki pengikut banyak namun masih sempat berinteraksi dengan pengikutnya.

"Jangan sampai itu menjadi generalisasi bahwasanya semua yang followers-nya banyak artinya tidak mengurus followers-nya. Banyak temen-temen influencer yang punya followers banyak, tapi kita berusaha untuk tetap konek dengan followers kita," ungkapnya.

Alex juga menyimpulkan bahwa memang ada pergeseran pola beriklan melalui influencer. Menurutnya, influencer dengan kelas mikro atau memiliki jumlah pengikut di bawah 10 ribu juga berdampak pada penjualan sama halnya dengan influencer kelas top tier atau sekelas selebriti yang followers-nya di atas 10 juta.

"Bukan hanya influencer kelas top tier, sekelas selebriti saja yang berdampak, tapi kelas mikro juga berdampak. Bahkan, kita sekarang melihat sudah banyak yang bergerak ke mikro," ujarnya.

Ketepatan sasaran pasar menjadi kunci perubahan strategi pemasaran melalui influencer. Menurutnya, sasaran yang tepat akan berdampak efisien pada penjualan. "Kalau dulu teriak ke sejuta orang, seribu orang makan. Kalau sekarang teriak ke seribu orang yang tepat mungkin 800 akan makan," pungkasnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement