REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2019 sebesar 5,02 persen. Konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang terbesar dalam pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, porsi konsumsi rumah tangga dalam struktur Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 54 persen. Sisanya, ekonomi ditopang oleh Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto atau PMTB (32 persen), ekspor (18 persen), dan konsumsi pemerintah (8 persen).
Konsumsi rumah tangga tumbuh 5,01 persen. Pertumbuhan ini lebih lambat dibandingkan dengan kuartal II yang mencapai 5,17 persen karena adanya masa Lebaran dan liburan.
"Kalau dibandingkan year on year, 5 persen, lebih bagus," ujar Suhariyanto di Jakarta, Selasa (5/11).
Pendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga iala indeks penjualan yang masih tumbuh 1,08 persen. Volume penjualan listrik ke PLN juga tumbuh 5,2 persen. Jumlah penumpang angkutan kereta api tumbuh bagus. Bahkan, jumlah penumpang angkutan laut masih tumbuh 23,9 persen meski udara masih kontraksi.
"Nilai transaksi kartu debit sebesar 10,4 persen, menunjukkan konsumsi rumah tangga masih baik," katanya.
Di sisi lain, investasi PMTB mengalami perlambatan dari 6,96 persen menjadi 4,21 persen secara year on year. Ini disebabkan oleh melambatnya pembangunan menjadi 5,03 persen dari 5,66 persen.
"Tapi dengan seiring kestabilan politik diharapkan kuartal III akan membaik," kata dia.
Konsumsi pemerintah tumbuh 0,98 persen. Rasio ini turun dari 6,97 persen secara year on year. Perlambatan ini salah sautnya karena penurunan relasiasi belanja barang dan jasa serta bansos.