Ahad 03 Nov 2019 10:40 WIB

Bunga Kredit Diperkirakan Turun Awal 2020

Bank Indonesia sudah 3 kali menurunkan suku bunga acuan.

Rep: novita intan/ Red: Dwi Murdaningsih
Kredit bank (ilustrasi)
Foto: Tim Infografis Republika
Kredit bank (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga berturut-turut dalam tiga bulan terakhir. Penurunan ini belum diikuti dengan turunnya bunga kredit perbankan.

Menurut Analis Bahana Sekuritas Prasetya Christy Gunadi perbankan akan melakukan penyesuaian terhadap bunga simpanan lalu akan diikuti dengan penurunan bunga kredit pada awal tahun depan.

Baca Juga

“Tahun depan kredit diperkirakan akan tumbuh lebih baik dibanding tahun ini sejalan dengan masih bergulirnya beberapa proyek infrastruktur yang tercermin pada anggaran pemerintah pada 2020,” ujarnya dalam hasil risetnya, Ahad (3/11).

Kredit perbankan diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 10 persen - 11 persen pada 2020. Sepanjang tahun ini diperkirakan akan tumbuh kisaran sembilan persen.

“Pertumbuhan kredit untuk usaha kecil dan mikro juga diperkirakan akan positif, terutama ditopang oleh penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) serta inovasi produk kredit mikro yang semakin beragam,” ucapnya.

Bahana Sekuritas memperkirakan pertumbuhan kredit investasi dan korporasi akan menjadi penopang utama pertumbuhan kredit. Kredit konsumsi diperkirakan belum akan tumbuh lebih kencang pada tahun depan.

Sedangkan permintaan terhadap kredit kepemilikan rumah mulai membaik, namun perbaikan ini belum akan terjadi untuk kredit kepemilikan kendaraan bermotor.

Kredit untuk properti diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 10 persen, dengan kredit kendaraan bermotor diperkirakan masih akan tumbuh di bawah tujuh persen.

‘’Beberapa bank lebih memprioritaskan strategi mengurangi simpanan dengan bunga special, sebelum melangkah untuk menurunkan bunga kredit, sehingga perbankan bisa menjaga pendapatan bunga bersih,’’ kata dia.

Bahana Sekuritas memperkirakan saat ini trend penurunan suku bunga akan berdampak pada peningkatan laba karena bank akan memiliki ruang lebih besar untuk menjaga pendapatan bunga bersih atau net interest margin (NIM). Meski masih ada risiko kredit bermasalah dari beberapa sektor sejalan dengan masih rendahnya harga komoditas global.

“Kami memperkirakan NIM perbankan akan berada pada kisaran 5 persen - 5,1 persen sepanjang 2020,” ucapnya.

Meski begitu Prasetya melihat ada risiko untuk beberapa sektor yang terkait komoditas seperti CPO dan beberapa developer properti kecil ada yang mulai mengalami kesulitan bayar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement