Selasa 29 Oct 2019 13:58 WIB

Hong Kong Menuju Resesi Akibat Aksi Demonstrasi

Hong Kong mungkin tidak mencapai pertumbuhan yang diperkirakan antara 0-1 persen

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Pengunjuk rasa membawa payung dalam demonstrasi di Hong Kong, Ahad (20/10).
Foto: AP Photo/Mark Schiefelbein
Pengunjuk rasa membawa payung dalam demonstrasi di Hong Kong, Ahad (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Hong Kong menuju resesi akibat demonstrasi selama lima bulan yang mendorong angka pariwisata dan ritel anjlok. Pusat keuangan Asia tersebut diperkirakan akan melaporkan pertumbuhan ekonomi negatif pada Kamis (31/10).

Menurut Sekretaris Keuangan Hong Kong, Paul Chan, Hong Kong akan menghadapi resesi teknis setelah dua kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonominya menurun.

Baca Juga

Kinerja ekspor pada kurun Juli-September 2019 anjlok lebih dari 7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. "Itu penurunan kuartalan terbesar dalam hampir satu dekade," ujar Chan seperti dilansir CNN, Selasa (29/10).

Chan mengatakan Hong Kong juga mungkin tidak mencapai pertumbuhan yang diperkirakan antara 0 persen dan 1 persen untuk tahun 2019.

Ekonomi Hong Kong telah terpukul keras oleh perang dagang AS-China dan perlambatan ekonomi China. Tetapi masalah-masalah itu telah diperparah oleh protes, yang tampaknya tidak ada habisnya.

Banyak bentrokan keras antara polisi dan pengunjuk rasa anti-pemerintah, sering kali di daerah perbelanjaan dan wisata populer di Hong Kong, telah membuat wisatawan menghindari Hong Kong. Jumlah wisatawan turun 37 persen (yoy) untuk kuartal ketiga, dan tren untuk tiga bulan terakhir tahun ini tidak terlihat jauh lebih baik.

"Jumlah pengunjung ke Hong Kong pada paruh pertama Oktober turun 50 persen dibandingkan tahun lalu," kata Chan.

Sementara okupansi hotel rata-rata hanya dua pertiga, turun 28 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka ritel juga terpukul, karena beberapa toko terpaksa tutup lebih awal atau ditutup selama sehari penuh selama beberapa bulan terakhir.

Beberapa pengunjuk rasa telah menargetkan toko-toko, restoran, dan bank yang dipandang tidak simpatik pada perjuangan mereka, menghancurkan jendela, merusak etalase toko dengan grafiti dan bahkan membakar sejumlah properti.

Pekan lalu, Chan mengumumkan putaran baru langkah-langkah ekonomi untuk mendukung bisnis yang terkena dampak kerusuhan yang sedang berlangsung. Termasuk memotong setengahnya di properti yang disewa oleh pemerintah Hong Kong, dan menyediakan subsidi bahan bakar untuk pengemudi taksi dan subsidi biaya untuk feri lokal.

Rencana itu mengikuti inisiatif sebelumnya, termasuk alokasi 2 miliar dolar Hong Kong untuk mendukung perusahaan kecil dan paket stimulus sebesar 19 miliar dolar Hong Kong untuk membantu melindungi sektor tenaga kerja dan subsidi untuk masyarakat.

Orang terkaya Hong Kong, Li Ka-shing, awal bulan ini berjanji untuk memberikan satu miliar dolar Hong Kong kepada pelaku bisnis yang dirugikan akibat aksi protes pro-demokrasi. Ka-shing mengatakan bahwa ekonomi Hong Kong sedang menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement