Selasa 29 Oct 2019 04:50 WIB

BCA Belum Pertimbangkan Stock Split

Nilai harga saham BCA di kisaran Rp 30 ribu per lembar.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaadmaja.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaadmaja.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyatakan tidak berniat memecah nilai sahamnya atau stock split pada tahun ini. Untuk tahun depan,  Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja membuka opsi untuk mempertimbangkan meskipun cenderung enggan karena harga saham masih bergejolak.

"Untuk tahun ini tidak ya, tahun depan ya boleh deh dipertimbangkan, tapi bisa jadi tidak juga karena harga kita masih turun naik," kata Jahja saat paparan kinerja kuartal III 2019 di Jakarta, Senin (28/10).

Baca Juga

Ia menyampaikan keengganan stock split berdasar pada harga pasaran bank-bank Indonesia masih tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan indeks saham Amerika Serikat. Harga saham BBCA yang kisaran Rp 30 ribu per lembar hanya bernilai sekitar dua dolar AS. Sementara saham bank-bank besar di indeks saham global sudah menyentuh harga sekitar 100 dolar AS.

Jahja mengatakan investor BBCA tidak hanya berasal dari tanah air, tapi juga New York, Boston, London, San Francisco, dan lain-lain. Sehingga nilai dua dolar AS masih tergolong sangat murah.

Jahja cenderung mempertahankan saham BBCA meski investor ritel tanah air lumayan mengeluh pada valuasinya yang dinilai cukup tinggi. "Ya nanti lah kalau mulai flat atau stagnan baru kita pertimbangkan untuk stock split," kata dia.

Isu split stock mengemuka setelah PT Unilever Tbk. memutuskan untuk memecah nilai nominal sahamnya dengan rasio 5:1. Stock split UNVR ini akan berlaku pada November mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement