Sabtu 26 Oct 2019 09:57 WIB

Jangan Main HP Lama-Lama! Nanti Buta

Jangan Main HP Lama-Lama! Nanti Buta

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Jangan Main HP Lama-Lama! Nanti Buta!. (FOTO: Unsplash/Rawpixel)
Jangan Main HP Lama-Lama! Nanti Buta!. (FOTO: Unsplash/Rawpixel)

Warta Ekonomi.co.id, -- Berhati-hatilah menggunakan ponsel, sebab laporan terbaru menyebutkan, melihat layar ponsel cerdas terlalu lama dapat membuat mata Anda buta untuk sementara.

Seorang pria pria di barat laut China mengalami hal itu setelah bermain gim seluler dalam suasana gelap. Menurut Dokter Lei Tao, pria bermarga Wang itu menderita stroke mata akibat penyempitan pembuluh darah di retina dan hal itu dapat menyebabkan kebutaan permanen jika tak diobati dengan cepat.

Dalam sebulan, ada sekitar 20 pasien dengan gejala serupa. “Penyumbatan arteri di retina secara mendadak itu bersifat serius dan berisiko berakibat penyakit mata ke arah kebutaan,” katanya, dikutip dari Fox Business, Jumat (25/10/2019).

Baca Juga: Bukan iPhone 11, Ini Ponsel Pintar Terlaris Raksasa Teknologi Amerika Serikat!

Tingkat kejadian seperti itu pun semakin meningkat setiap tahun dan korban cenderung berusia muda. Penggunaan telepon pada anak muda berisiko terhadap pandangan mereka.

“Itu bisa memicu stroke pada mata,” tambahnya.

Namun, bukan rahasia lagi kalau melebarnya layar ponsel berisiko terhadap masalah mata. Pada 2017, wanita berusia 21 tahun dari Dongguan kehilangan penglihatan sebelah matanya karena terlalu lama memainkan gim seluler.

Meskipun perangkat pintar dapat berdampak buruk pada mata jika digunakan secara berlebihan, mereka juga bisa digunakan untuk mendeteksi masalah mata. Menurut jurnal ilmiah AAAS, para peneliti menciptakan CRADLE, atau Computer Assisted Detector of Leukoria yang menggunakan pembelajaran mesin untuk mencari tanda-tanda awal kebutaan dalam foto, yang dapat mengarah pada katarak dan kondisi lainnya.

Para peneliti mengujinya terhadap lebih dari 50 ribu foto anak-anak dan mendeteksi dua penyakit mata. Di antara mereka, aplikasi itu melihat 16 kasus penyakit 1,3 tahun sebelum dokter membuat diagnosis. Namun, CRADLE belum disetujui oleh Food and Drug Administration.

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement