REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menargetkan bahwa dalam masa kepemimpinannya, BUMN mampu meningkatkan kinerja di kancah lokal hingga global. Dia menyebut, ekosistem yang sehat di lingkup BUMN, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), dapat berkolaborasi untuk mencapai target tersebut.
Apalagi, kata Erick, Presiden Joko Widodo memiliki visi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju di 2045. “Kita berharap ekosistem yang sehat sehingga kita bisa berkolaborasi. Kita jangan hanya jago kandang, tapi harus (jadi) pemain global,” kata Erick, di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (23/10).
Rencananya, seluruh sektor BUMN akan diharmonisasikan lebih jauh. Hanya saja, pihaknya belum dapat membeberkan secara detail mengenai sektor-sektor mana saja yang perlu disinkorinisasi.
Erick mengaku masih membutuhkan waktu yang cukup guna mempelajari BUMN secara menyeluruh lantaran dirinya selama ini berasal dari kalangan swasta.
Terkait dengan target 100 hari kinerjanya di BUMN, hal serupa juga belum dapat dia beberkan dengan detail. Hanya saja usai pelantikan dan serah terima jabatan yang berlangsung, Rabu (23/10), dia segera memimpin rapat dengan seluruh pejabat dan direksi BUMN.
“Karena besok ada ratas (rapat terbatas dengan Presiden), saya langsung meeting. Kasih saya waktu untuk belajar, karena kan ada KPI (key performance indicator) yang harus saya pelajari lagi," kata Erick.
Kinerja Kementerian BUMN dalam kurun lima tahun terakhir tengah mengalami sorotan. Khususnya mengenai performa kas perusahaan dan utang sejumlah perusahaan-perusahaan pelat merah.
Terkait hal ini, Erick menilai bahwa tak seluruh utang merupakan hal negatif asalkan utang tersebut dapat dimanfaatkan untuk hal yang produktif.
“Sama lah dengan teman-teman di UKM (Usaha Kecil Menengah) atau pengemudi motor. Motonya kan leasing tapi dia sendiri mencari income dari situ, jadi ya enggak apa-apa,” ujarnya.
Yang bahaya, lanjut dia, apabila jumlah utang membengkak dan kemudian terdapat aksi-aksi penyelewengan semisal korupsi. Pihaknya menyesalkan belakangan ini terdapat citra BUMN yang kurang baik meski dia tidak ingin menyalahkan siapapun.
Untuk memperbaiki citra itu, dia berkomitmen akan membangun sinergitas yang kuat dengan target-target yang terukur. Baik itu di lingkup BUMN, BUMD, hingga BUMS.
Erick menjanjikan akan melakukan evaluasi total baik dari kinerja, manajemen, hingga citra BUMN menuju lebih profesional sehingga dapat menciptkan iklim yang lebih sehat.
“Saya datang dari swasta, jadi saya tinggal bersih-bersih saja karena, saya sesalkan sekali ada citra BUMN yang kurang baik belakangan ini,” ungkapnya.
Berdasarkan rapat dengar pendapat (RDP) di DPR RI, Desember 2018 lalu, 10 BUMN dengan utang terbesar diisi dari sektor perbankan, energi, hingga karya. Utang tersebut antara lain, BRI sebesar Rp 1.008 triliun, Mandiri Rp 997 triliun, BNI Rp 660 triliun, PT PLN Rp 542 triliun, PT Pertamina Rp 522 triliun, BTN Rp 249 triliun, Taspen Rp 222 triliun, PT Waskita Karya Rp 102 triliun, PT Telekomunikasi Indonesia Rp 99 triliun, dan PT Pupuk Indonesia Rp 76 triliun.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Rosan Roeslani menyampaikan kepercayaannya terhadap BUMN di bawah kepemimpinan Erick. Menurut dia, Erick merupakan sosok yang profesional dan sangat kompeten di bidang usaha.
Sehingga keniscayaan kolaborasi antara BUMN dengan swasta akan terus tercipta lebih baik ke depannya. “(Kerja sama BUMN dengan swasta) saya yakin makin baik. Kita beri dukungan, full support buat Pak Erick,” ungkapnya.
Dalam kinerja BUMN di lima tahun belakangan ini, menurut dia catatan yang menjadi sorotan adalah mengenai sektor infrastruktur. Dia menilai, akses BUMN yang memiliki keterbatasan dan mengacu pada akuntabilitas good governance sedikit banyak memiliki perbedaan dari sektor swasta.
Untuk itu menurut dia, sinergitas BUMN dengan swasta diyakini bakal berjalan beriringan. Koordinasi dan komunikasi BUMN dengan swasta juga diminta untuk lebih ditingkatkan.
Terkait dengan rencana Erick untuk membawa BUMN ke kancah global, Rosan menyebut sektor perbankan merupakan sektor yang paling siap untuk menggaet pasar global. Hal itu lantaran porsi ekonomi yang makin besar membutuhkan pendanaan yang juga besar.
“Kita punya Mandiri, BNI, BTN, BRI. Kalau itu dikonsolidasikan secara benar, kita bisa jadi pemain regional secara otomatis number one,” ungkapnya.