Industri kecantikan tumbuh pesat dalam 3 tahun terakhir. Maraknya beauty vloger dan selebritas yang ingin memiliki merek kosmetik dan perawatan sendiri telah jadi tren di luar negeri. Peluang ini digarap serius oleh PT Nose Herbalindo yang didirikan oleh Yoda Nova.
Latar belakang pendidikan Nova memang tidak berhubungan dengan dunia kecantikan, ia Sarjana Sistem Informatika yang sejak lama menyukai segala hal terkait perawatan dan kecantikan. Maka itu ia mendirikan usaha sendiri pada 2016 tak lama setelah menyelesaikan kuliah.
Langkah Nova sangat tepat mengingat potensi pertumbuhan industri kosmetik Indonesia sangat positif. Data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) 2018 mencatat, perkembangan industri kosmetik nasional mengalami kenaikan pertumbuhan 20% atau empat kali lipat dari pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2017. Selain itu, pada 2017, tercatat nilai ekspor produk kosmetik nasional mencapai US$ 516,99 juta, naik sebesar US$ 470,30 juta dibanding 2016.
“Saya melihat kini di pasar kosmetik ini makin membuka peluang bagi masyarakat untuk menjadi pengusaha di bidang kosmetik atau Beautypreneur. Kami hadir sebagai OEM (Original Equipment Manufacturing) buat yang ingin memiliki produk dan merek perawatan kulit atau kosmetik sendiri,” jelasnya saat ditemui di Pameran Cosmobeaute 2019 di Cendrawasih Hall, Jakarta Convention Center .
Didukung oleh 60 timnya di kantor sekaligus tempat produksinya di Sunter Agung Jakarta Utara, Nova telah melayani lebih dari 200 beautypreneur yang mempercayakan pembuatan produknya pada Nose. “Kekuatan Nose pada keunikan dan taylor made di setiap produk yang kami buat untuk tiap beautypreneur. Kami bukan hanya berdiskusi apa yang diinginkan klien, tapi juga melakukan R&D dan uji laboratorium ketika akan mencipta sesuatu yang baru,” tegas Nova.
Artis seperti Ashanty dan Ria Ricis, Bunga Zaenal, Sarah Salsabela, Sandy Aulia, Sandra Dewi menjadi kliennya. Bahkan next project Nose sedang menggafap produknya Sophia Latjuba. Sedang merek-merek perawatan yang dibuat Nose antaranya Innertrue, Hanada, dan Maska
“Kebanyakan mereka membuat skin care 80%, skin care dari atas tubuh sampai ke bawah, sisanya kosmetik 20%,” ungkapnya.
Pertumbuhan bisnis Nose positif dari 2017 ke 2018 penjualannya naik 20%. Ia yakin tahun ini bisa melampaui 20% pertumbuhannya.
“Saya yakin karea pemerintah kini makin memperketat produk kosmetik impor dan memberi peluang besar pada pelaku bisnis lokal. Pemerintah memperketat aturan-aturan juga, tapi kami sebagai pemain lokal mengikuti cara pembuatan obat kosmetik yang benar dengan sudah tersertifikasi ISO 9001:2015, OHSAS 18001:2007, GMP, CPKB, dan HAS 23101 serta tentu saja sertifikasi halal,” terangnya. Maka itu dibutuhkan minimal 6 bulan untuk R&D sebuah produk, tidak bisa terburu-buru.
Nova menyebut beautypreneur yang ingin dibuatkan produk oleh Nose cukup dengan modal Rp 50 juta bisa memiliki brand kosmetik. “Tapi ini diluar branding dan kemasan ya, minimal 5 ribu piece yang dibuat. Namun, rata-rata pesanan klien kami mencapai 50 ribu hingga 100 ribu piece tiap bulannya,” paparnya.
Nova memanfaatkan event besar pada beutypreneur yaitu Cosmobeaute Indonesia 2019 pada 17-19 Oktober 2019 dalam upaya meningkatkan awareness pasar. Di pameran tersebut, Nose juga menyajikan Experimental Booth sehingga para pecinta skincare dapat melihat secara langsung proses pembuatan kosmetik dengan menggunakan ekstrak bunga alami dan bisa langsung dibawa pulang.
www.swa.co.id