Jumat 18 Oct 2019 07:39 WIB

Indef: Margin Bunga Perbankan yang Tinggi Tahan Laju Kredit

Survei BI menyebutkan pertumbuhan kredit baru perbankan melambat pada kuratl III 2019

Suku bunga bank (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Suku bunga bank (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai margin bunga bersih (net interestmargin/NIM) perbankan yang tinggi menahan laju kredit dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tingginya NIM di perbankan nasional ini juga akan berdampak kepada dunia usaha.

"Keuntungan perbankan melalui NIM itu terlalu tinggi, ada yang sampai 4-5 persen, di negara lain paling tinggi dua persen. NIM tinggi otomatis suku bunga kredit juga tinggi," ujar Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad, Kamis (17/10).

Baca Juga

Menurut Tauhid, pemerintah harus melakukan koordinasi dengan perbankan, terutama BUMN untuk dapat melakukan penurunan suku bunga kredit setelah Bank Indonesia mengumumkan penurunan suku bunga (BI 7Day Reverse Repo Rate). Ia mengharapkan bank BUMN dapat lebih berperan aktif dalam menggerakkan ekonomi nasional, salah satunya melalui pemberian kredit rendah.

"Jangan sampai bank-bank BUMN dikejar dividen, tetapi lupa terhadap misi dalam menggerakkan ekonomi," ucapnya.

Berdasarkan survei Bank Indonesia (BI), perbankan mengindikasikan pertumbuhan kredit baru melambat pada kuartal III-2019, tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru pada kuartal III-2019 sebesar 68,3 persen, lebih rendah dibandingkan 78,3 persen pada triwulan sebelumnya.

Sementara itu, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 September 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement