Rabu 16 Oct 2019 05:20 WIB

Mengulas Kesulitan Akses Permodalan Startup di Bumi Cendrawasih

Perhatian pemerintah terhadap pendanaan perusahaan rintisan di Papua dinilai kurang.

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Mengulas Kesulitan Akses Permodalan Startup di Bumi Cendrawasih. (FOTO: Unsplash/Rawpixel)
Mengulas Kesulitan Akses Permodalan Startup di Bumi Cendrawasih. (FOTO: Unsplash/Rawpixel)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Permodalan atau pendanaan memang tidak dapat dipungkiri menjadi tulang punggung keberlangsungan sebuah usaha. Bagi perusahaan rintisan (startup) sendiri, tentu pendanaan adalah hal yang wajib dalam mengembangkan usahanya.

Berbeda dengan perusahaan rintisan di pulau dengan padat penduduk seperti Pulau Jawa, startup di Papua mengaku kesulitan dari segi akses pendanaan.

Pendiri Kitong Bisa, perusahaan rintisan asal bumi cendrawasih, Billy Mambrasar mengaku perhatian pemerintah terhadap pendanaan perusahaan rintisan di kampung halamannya masih sangat kurang.

Baca Juga: Menilik Perkembangan Startup di Papua

"Kritik yang cukup pedas bagi pemerintah, selama ini bantuan yang kami terima berasal dari luar negeri. Kebanyakan ya," kata Billy di Gedung Kemekominfo, Selasa (14/10/2019).

Tambahnya, justru pihak dari luar negeri yang lebih mendukung dan responsif terhadap perkembangan perusahaan rintisan di bumi cendrawasih.

"Luar negeri sangat responsif dan support. Kemarin kami bikin di Sorong, tiga minggu yang lalu itu dananya dari University of Melbourne," katanya.

Harapannya, ia ingin pemerintah lebih mempermudah proses pengajuan pendanaan untuk perusahaan rintisan di Papua. Tambahnya, investasi kepada muda-mudi Papua dapat menurunkan tingkat konflik yang terjadi.

Baca Juga: Startup Ini Jual Pesawat Mewah Pendirinya, Kehabisan Uang Ya?

"So, kami berharap pemerintah Indonesia bisa lebih memperhatikan. Karena investasi ke pemuda bisa mengurangi tension of conflicts lebih jauh lagi. Pemuda ini akan kami arahkan ke hal-hal yang positif, positif distraction," pungkasnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement