REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) menyelenggarakan The Islamic Economics Winter Course (IEWC) di Gedung Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB pada 14-19 Oktober 2019. IEWC membahas isu-isu global terkait perbankan dan keuangan syariah dari aspek ekonomi dan hukum syariah serta isu-isu keuangan inklusif dan sosial syariah.
Ketua Baznas Bambang Sudibyo mengatakan, berbagai data yang ada telah menguatkan optimisme terhadap masa depan ekonomi Islam. Termasuk optimisme terhadap pengelolaan zakat nasional yang cerah. Sehingga sangat penting untuk menyiapkan layanan yang terbaik bagi muzaki dan mustahik.
"Dengan layanan terbaik ini, zakat akan makin tumbuh dengan baik dan memberikan kontribusi bagi perkembangan dunia Islam masa kini," kata Bambang melalui pesan tertulis kepada Republika.co.id, Senin (14/10).
Dia menyampaikan bahwa populasi Muslim saat ini ada sekitar 22 persen dari populasi dunia. Di antara semua agama-agama yang ada di dunia, pertumbuhan pemeluk agama Islam adalah yang terbesar. Akibat pertumbuhan populasi yang cepat, diperkirakan pada tahun 2050 Muslim sudah menjadi umat yang terbanyak.
Menurutnya, tren perkembangan demografi tersebut tentu berdampak besar pada potensi dan perkembangan ekonomi dan keuangan syariah termasuk perkembangan zakat. Sebagai contoh sistem keuangan syariah dunia pada 2017 nilainya hanya 2,438 miliar dolar AS. Tapi pada 2023 diperkirakan akan menjadi sebesar 3,809 miliar dolar AS.
"Bisnis makanan halal yang nilainya hanya 1,303 miliar dolar AS pada tahun 2017, pada tahun 2023 diperkirakan akan menjadi 1,863 miliar dolar AS. Begitu pula dengan wisata perjalanan halal pada 2017 nilainya hanya 177 miliar dolar AS, kelak pada 2023 diperkirakan akan naik menjadi 274 miliar dolar AS," ujar Bambang saat menyampaikan materi The Role of Zakat in the Contemporary Development of Islamic World di IEWC.
Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Baznas, Irfan Syauqi Beik, mengatakan sektor ekonomi syariah menjadi salah satu sektor yang memiliki tren pertumbuhan yang cepat dibandingkan sektor lain. Perkembangan yang dinamis ini tentunya harus didukung dengan kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang unggul.
Supaya SDM unggul dapat memberikan dukungan bagi industri-industri yang bergerak dalam sektor ekonomi syariah. Dalam rangka memenuhi tuntutat pasar tersebut, maka diperlukan suatu pelatihan dan kursus untuk meningkatkan keahlian dan kemampuan SDM dalam bidang ekonomi syariah.
"Karena itu Pusat Kajian Strategis (Puskas) Baznas dan Departemen Ilmu Ekonomi Syariah, FEM IPB menginisiasi kegiatan The Islamic Economics Winter Course atau IEWC ini," ujarnya.
IEWC merupakan kursus singkat ekonomi syariah secara komprehensif. IEWC juga memfasilitasi para peserta untuk dapat mengunjungi secara langsung industri-industri kunci dalam sektor ekonomi syariah.
Kemudian dapat melihat secara langsung Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan mengelola dan mengatur industri keuangan syariah di Indonesia. Serta berkunjung ke kantor pusat Baznas untuk melihat bagaimana pengelolaan zakat nasional dilakukan secara profesional.
Para peserta juga difasilitasi untuk dapat melihat langsung bagaimana kegiatan ekonomi syariah masyarakat. Seperti di kampung Batik Cibuluh dan Tegal Waru Bogor yang menjadi desa binaan Baznas.
"Sehingga diharapkan para peserta IEWC mendapatkan wawasan dan keilmuan pada bidang ekonomi syariah secara komprehensif baik dari aspek teoritis maupun dari aspek praktek," jelas Irfan.
Sebanyak sepuluh tokoh praktisi, peneliti dan akademisi juga hadir sebagai pembicara di IEWC. Di antaranya Prof Aslam Haneef dari Interational Islamic University Malaysia, Direktur International Centre For Education In Islamic Finance (INCEIF) Malaysia, Prof Azmi Omar, dan Prof Yusman Syaukat dari IPB.
Hadir pula Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia, Dadang Muljawan serta Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Baznas, Irfan Syauqi Beik. Para peserta IEWC merupakan pelaku industri, akademisi dan peneliti yang datang dari berbagai negara seperti Nigeria, Bangladesh, Thailand, Malaysia dan Indonesia.