REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Realisasi pengadaan beras bulog hingga 10 Oktober 2018 baru mencapai 1,073 juta ton dari target tahun ini sebanyak 1,8 juta ton. Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengatakan, rendahnya realisasi pengadaan bukan karena harga gabah yang tinggi sehingga Bulog tak bisa membeli sesuai harga acuan. Namun, lantaran gudang-gudang beras milik Bulog sudah penuh.
"Ini tempat tidak ada. Pengadaan beras 1 juta ton saja Bulog sudah sewa gudang di enam provinsi. Kalau dia capai target, pasti di semua provinsi sudah sewa gudang," kata Amran saat ditemui di Kementerian Pertanian, Jumat (11/10).
Menurut Amran, enam provinsi dimana Bulog melakukan sewa gudang tambahan lantaran stok beras menumpuk yakni di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur. Keenam provinsi tersebut merupakan sentra padi utama nasional. Total stok beras yang dimiliki Bulog saat ini masih berkisar 2,5 juta ton.
Ia pun mengklaim, naiknya harga gabah saat ini bukan menjadi penyebab rendahnya penyerapan dan pengadaan beras Bulog. Meski musim kemarau berkepanjangan tidak lagi menjadi hambatan dalam penyediaan beras lokal untuk diserap oleh Bulog.
"Justru bagus buat petani kalau harga gabah naik. Walaupun naik, Bulog tetap bisa beli dengan fleksibilitas harga," kata Amran.
Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sesuai Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015 untuk Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp 3.700 per kilogram (kg) atau bisa dinaikkan menjadi Rp 4.070 per kg dengan fleksibilitas harga 10 persen. Adapun untuk harga beras sebesar Rp 7.300 per kg atau Rp 8.030 dengan fleksibilitas.
Menurut Amran, Bulog saat ini mensiasati naiknya harga gabah dengan membeli beras dari penggilingan menggunakan harga fleksibilitas Rp 8.030 per kilogram. Ia pun berharap, Bulog bisa mencapai target penyerapan sebesar 1,8 juta ton tahun ini. "Memnag kondisi gudang sudah penuh, tapi mudah-mudahan bisa capai target pengadaan," ujarnya.
Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah, menilai, kondisi kemarau yang berkepanjangan menjadi kendala utama Bulog dalam melakukan penyerapan.
Berdasarkan data yang dihimpun KRKP, harga gabah di tingkat petani berkisar antara Rp 4.800 - Rp 5.200 per kg, jauh di atas HPP maupun fleksibilitas 20 persen.
"Kita bisa bayangkan sulitnya Bulog untuk bisa bersaing menyerap gabah dalam konteks harga. Kekurangan pengadaan ini masih sangat banyak," ujar dia.
Said menilai, target serapan sebanyak 1,8 juta ton kemungkinan besar sulit tercapai. Meski klaim gudang penuh, ia meminta pemerintah dan Bulog untuk tetap melakukan antisipasi kenaikan harga hingga Februari-Maret 2020. Sebab, pada bulan-bulan itu kerap terjadi kenaikan harga lantaran terjadi kelangkaan pasokan beras.
Musim kemarau yang kemungkinan besar baru usai pada November mendatang akan membuat panen raya awal tahun depan mundur ke bulan April-Mei. Karenanya, stok yang saat ini diklaim melimpah harus dipastikan agar kenaikan harga seperti tahun-tahun sebelumnya tidak terulang.
"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi secara riil nanti. Apakah produksi hasil panen bagus atau tidak, atau jangan-jangan ada gangguan yang lebih besar. Tidak ada yang tahu," kata dia.