Jumat 11 Oct 2019 09:18 WIB

Tiket Kereta Cepat Jakarta-Bandung Mulai Dari Rp 300 Ribu

Tiket termahal kereta cepat ke Bandung diperkirakan capai Rp 700 ribu.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Indira Rezkisari
Refleksi penumpang menunggu kereta api Argo Parahyangan di Stasiun Bandung, Jawa Barat, Senin (7/10/2019).
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Refleksi penumpang menunggu kereta api Argo Parahyangan di Stasiun Bandung, Jawa Barat, Senin (7/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung saat ini masih berlanjut dan ditargetkan selesai 2021. Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Chandra Dwiputra mengungkapkan nantinya saat beroperasi tiket untuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan dimulai dari Rp 300 ribu.

"Yang paling murah Rp 300 ribu, kan kita ada kelasnya. Kelas dua, kelas satu, dan VIP. Memang yang paling banyak itu Rp 300 ribu yang kelas dua," kata Chandra di Gedung Kemenhub, Kamis (10/10).

Baca Juga

Dia menjelaskan perbedaan kelas satu, dua, dan VIP akan terlihat dari konfigurasi kursi di dalam kereta. Untuk kelas satu dan dua memiliki tiga kursi di detiap barisnya. Sementara untuk kelas VIP hanya memiliki dua kursi besar di setiap deretnya.

Hanya saja Chandra belum bisa membocorkan berapa harga tiket paling mahal untuk kelas VIP untuk kereta Cepat Jakarta-Bandung. "Paling mahal belum kita tentukan," tutur Chandra.

Dia menegaskan nantinya tidak akan ada subsidi untuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Meskipun begitu, harga tiket termahal dipastikan tidak akan menyentuh Rp 700 ribu.

Chandra menambahkan, di dalam Kereta Cepat Jakarta-Bandung juga akan dilengkapi dengan fasilitas hiburan. "Ya yang penting internet ada. Tapi bayangkan saja ke Bandung berapa menit sih, 40 menit. Kebayang tidak masih bisa pesen kopi atau tidak?"

Saat ini, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menandatangani kesepakatan bersama tentang Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penelitian Di Bidang Perkeretaapian. Nantinya masinis juga perlu belajar ke luar negeri untuk menyesuaikan kompetensinya.

"Saya menyeranakan bahwa tenaha kerja (Kereta Cepat Jakarta-Bandung) itu diberikan (pendidikan) khusus tidak harus ke China saja, tapi bisa Prancis dan Jepang," kata Budi di Gedung Kemenhub, Kamis (10/10).

Budi menegaskan, tidak hanya pekerja yang berkaitan langsung dengan operasional saja yang harus menyesuaikan kompetensinya. Menurutnya, sumber daya manusia (SDM) Ditjen Perkeretaapaian (Kemenhub) juga perlu melakukan penyesuaian tersebut.

Sebab, Budi menjelaskan Kemenhub nantinya juga akan menjadi pengawas dan memberikan sertifikasi saat kereta cepat Jakarta-Bandung sudah beroperasi. "Sebagai pengawas untuk mensertifikasi kan harus belajar. Jadi nanti saya akn tugaskan tim dari kereta api untuk belajar baik di China maupun negara-negara Eropa," jelas Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement