REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan keinginan pemerintah dalam mengembangkan dan mengoptimalisasi kinerja industri manufaktur terkendala keterbatasan ketersediaan teknologi. Bambang menuturkan Indonesia sebagai negara maritim pernah mencoba mengembangkan manufaktur dari sektor industri perkapalan sejak 1970.
Namun, lanjut Bambang, meskipun sudah membentuk PT PAL, ternyata masih tetap terkendala pada ketersediaan bahan baku, teknologi, dan sumber pembiayaan. "Yang menjadi masalah bagi Presiden adalah hari ini industri kapal kita masih struggling, PT PAL kadang-kadang masih harus disuntik dengan PMN (penyertaan modal negara) dan kita juga masih ada impor kapal yang belum bisa kita buat sendiri," katanya di Kantor Bappenas, Jakarta, Kamis (10/10).
Padahal, Korea Selatan yang juga mengembangkan industri perkapalan di tahun yang sama dengan Indonesia kini sudah berhasil dan lebih maju hingga menjadi pemain besar dalam sektor tersebut. Selain itu, Bambang mengatakan meskipun Korea Selatan dan Indonesia memulai bersama-sama, namun sekarang negara itu sudah mampu membuat kapal selam, sehingga menjadi salah satu penyuplai kapal di pasar global.
"Kita mulai bersama tapi Korea sudah sampai tahap bikin kapal yang bisa tenggelam istilahnya kapal selam, kita masih fokus pada kapal yang mengambang karena teknologinya belum sampai ke kapal selam," ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan data Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia pada kuartal III/2019, kinerja industri pengolahan berada di level ekspansi tapi melambat yang terjadi pada indeks volume pesanan, volume produksi, dan persediaan barang jadi.
Bank Indonesia memaparkan, indeks sektor alat angkut, mesin, dan peralatan pada kuartal III/2019 tercatat sebesar 53,01 persen yang naik dari kuartal II/2019 sebesar 52,57 persen dan kuartal I/2019 sebesar 51,40 persen. Sedangkan untuk sektor logam dasar besi dan baja pada kuartal III/2019 sedikit naik yaitu 50,05 persen dan untuk kuartal II/2019 yakni 48,70 persen, serta kuartal I/2019 sebesar 43,94 persen.