Ahad 06 Oct 2019 09:23 WIB

Gandeng Lion Parcel, Bukalapak Genjot Pengiriman Logistik

Perusahaan e-commerce unicorn, Bukalapak, berkolaborasi dengan Lion Parcel

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
CEO dan Co-Founder Bukalapak.com Achmad Zaky
Foto: antaranews
CEO dan Co-Founder Bukalapak.com Achmad Zaky

Warta Ekonomi.co.id, Batam -- Perusahaan e-commerce unicorn, Bukalapak, berkolaborasi dengan Lion Parcel untuk mewujudkan jasa pengiriman yang lebih cepat dua kali dari pengiriman biasa. Kolaborasi keduanya selain mempercepat pengiriman, juga membantu pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan menyediakan rute khusus bagi pelapak.

"Dengan dibukanya jalur khusus Lion Parcel, pengiriman barang di Bukalapak dijamin dua kali lebih cepat dibandingkan dengan jasa pengiriman lain untuk 30 rute pengiriman antar pulau ke berbagai kota di Indonesia," ujar Co-founder Bukalapak, Fajrin Rasyid, dalam acara pengukuhan kerja sama antara Bukalapak dan Lion Parcel di Batam Aero Teknik, Sabtu (5/10/2019).

Baca Juga: Ajak Lion Parcel hingga J&T Express Bermitra, Garuda Rilis Platform Digital "Tauberes"

Fajrin menambahkan, jumlah armada milik Lion Parcel yang didukung oleh Lion Air Grup sendiri memiliki 210 rute penerbangan di Indonesia dan didukung oleh 230 unit pesawat.

Kerja sama ini dipercaya dapat memajukan daya saing pelapak karena terciptanya sistem pengiriman yang cepat dan efisien ke lebih dari 500 kota di Indonesia.

Kerja sama Bukalapak dan Lion Parcel memberikan solusi kelangsungan bisnis bagi para pelaku usaha kecil dan menengah di Bukalapak yang tersebar di 34 provinsi, 492 kota, dan hampir seluruh pulau di Tanah Air. 

Baca Juga: Persaingan Makin Kompetitif, Bos Lion Parcel: Masing-Masing Sudah Punya 'Kue' Sendiri

Infrastruktur logistik masih kerap menjadi salah satu faktor penting dalam pengembangan dan kelangsungan bisnis UMKM. Berdasarkan hasil penelitian oleh Supply Chain Indonesia (SCI) pada tahun 2017, biaya logistik di Indonesia masih tergolong tinggi hingga mencapai 23,5 persen dari biaya manufaktur.

Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lain seperti Vietnam dengan 15 persen, Thailand dengan 13,2 persen, Malaysia dengan 13 persen, dan Singapura 8,1 persen.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement