Warta Ekonomi.co.id, Surakarta
Samsung Electronics Co Ltd akhirnya resmi mengakhiri produksi perangkat selulernya di China. Kira-kira, apa penyebab di balik keputusan itu?
Menurut keterangan resminya, Samsung mengalami kerugian karena persaingan intensif dengan para produsen lokal Negeri Tirai Bambu, seperti Huawei, Xiaomi, Oppo, dan Vivo. Tidak hanya itu, meningkatnya biaya tenaga kerja dan perlambatan ekonomi juga perusahaan untuk memindahkan produksinya di China.
Penutupan pabrik China terakhir Samsung terjadi setelah pemotongan produksi di pabrik Huizhou Selatan pada Juni dan menutup pabrik lainnya pada akhir tahun lalu. “Persaingan (di China) begitu ketat,” begitulah pernyataan perusahaan, seperti yang dilaporkan oleh Reuters, dilansir Kamis (3/10/2019).
Baca Juga: Dear Pengguna Android, Cepat Uninstall 4 Aplikasi 'Made in China' Ini!
Pangsa pasar Samsung di pasar China menyusut menjadi satu persen pada kuartal I 2019, dari 15 persen pada pertengahan 2013. Perusahaan itu kalah telak dari Huawei dan Xiaomi, berdasarkan data lembaga riset Counterpoint.
“Di China, konsumen lebih memilih membeli ponsel murah merek lokal dan ponsel kelas atas dari Apple atau Huawei. Samsung hanya memiliki sedikit harapan (di China) untuk menghidupkan kembali sahamnya,” jelas Analis di Cape Investment & Securities, Park Sungsoon.
Meski mengakhiri produksi lokal di China, Samsung masih akan melanjutkan penjualannya di negeri itu. Sementara, peralatan produksi akan dialihkan ke pabrik global lain berdasarkan strategi produksi global dan kebutuhan pasar.
Menurut laporan media Korsel, pabrik Samsung di Kota Huizhou mempekerjakan 6 ribu pekerja dan menghasilkan 63 juta unit pada 2017 dari produksi global sejumlah 394 juta.
Dalam beberapa tahun terakhir, Samsung telah memperluas produksi ponsel pintar di negara-negara berkembang, seperti India dan Vietnam.
Selain Samsung, Sony juga akan menutup pabrik ponsel di Beijing dan berfokus pada manufaktur di Thailand. Sementara, Apple masih mempertahankan pabriknya di Negeri Tirai Bambu.