REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai berpotensi meleset ke level 4,8 persen. Faktor utama yang dapat menyebabkan hal tersebut yaitu melebarnya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).
"Kalau defisit melebar maka akan berpotensi di bawah 5 persen," kata ekonom Universitas Indonesia (UI), Fithra Faisal, Kamis (26/9).
Menurut Fithra, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mungkin menyentuh level 5,1 persen, asalkan pemerintah secara serius memperbaiki CAD. Caranya yaitu dengan meningkatkan produktivitas industri.
Hanya saja, peningkatan produktivitas industri tersebut bisa dilakukan untuk jangka menengah dan jangka panjang. Untuk jangka pendek, sambungnya, Indonesia harus bisa mengundang investasi yang berorientasi pada ekspor.
"Oleh sebab itu, pemerintah perlu memberikan sinyal-sinyal positif bagi para investor, baik dengan regulasi maupun deregulasi," terang Fithra.
Bank Indonesia (BI) mengakui CAD masih akan menjadi tantangan Indonesia tahun 2020 untuk bisa mencapai pertumbuhan positif. Meski demikian, BI optimistis pertumbuhan ekonomi nasional pada 2020 akan tumbuh di kisaran 5,1-5,5 persen.
Proyeksi pertumbuhan naik dari perkiraan pertumbuhan tahun 2019 sekitar 5,0-5,4 persen. Konsumsi rumah tangga menjadi penopang pertama dalam menjaga laju pertumbuhan.