REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asian Development Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia Perwakilan Indonesia menyatakan akan segera mengkaji dampak adanya berbagai aksi demonstrasi mahasiswa dari berbagai universitas yang menolak sejumlah RUU terhadap perekonomian Indonesia.
Kepala Perwakilan ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein mengatakan untuk saat ini pihaknya belum bisa memproyeksikan dampak demo tersebut kepada investasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia hingga 2020 sebab tidak bisa disimpulkan dengan hanya melihat satu kejadian saja.
“Terlalu dini untuk kita bisa diproyeksi karena kami belum memasukkan variabel dalam analisis tahun 2019,” katanya saat ditemui di Jakarta, Rabu (25/9).
Ia menuturkan sebenarnya Indonesia juga dihadapkan dengan risiko eksternal seperti ketegangan perdagangan global serta melemahnya momentum perdagangan dan investasi. “Hal itu juga perlu menjadi perhatian dan Indonesia harus tetap melanjutkan Iangkah-Iangkah reformasi guna mendiversifikasi perekonomiannya untuk bersiap meraih peluang terkait perubahan rantai pasokan global,” katanya.
Winfried menjelaskan, para investor jika ingin berinvestasi di suatu negara tidak akan hanya melihat pada satu faktor saja sebab ada banyak faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih negara tersebut seperti kemudahan dalam berusaha, infrastruktur yang memadai, serta kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik.
“Ini belum terlambat dan banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan seperti mempermudah investasi untuk domestik dan asing karena ini krusial. Investasi infrastruktur juga harus terus dilanjutkan dan sumber daya manusia,” jelasnya.
Menurutnya, Indonesia harus mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitasnya sehingga mampu bersaing dengan berbagai negara asing yang juga berlomba untuk mendapatkan investor terbaik.
“Indonesia harus terus bersaing dengan negara lain dan terus melakukan pembaruan karena negara lain juga terus melakukan perbaikan,” ujarnya.
Winfried menuturkan berdasarkan laporan Asian Development Outlook 2019, pertumbuhan ekonomi di Asia memang sedang mengalami perlambatan seiring dengan melemahnya laju investasi dan perdagangan sebelum ada demonstrasi.
ADB memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara sekitar 4,5 persen untuk 2019 dan 4,7 persen pada tahun 2020 secara keseluruhan.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2019 diperkirakan sebesar 5,1 persen yang turun sedikit dibanding 2018 yakni 5,2 persen. Perlambatan tersebut disebabkan adanya penurunan kinerja ekspor dan pelemahan investasi domestik.
Namun Winfried mengatakan bahwa pertumbuhan akan kembali membaik pada 2020 yaitu sekitar 5,2 persen dipicu oleh konsumsi domestik yang kuat serta perbaikan investasi setelah masa pemerintahan baru.
“ADB sangat menyarankan pemerintah untuk segera memperbaiki sistem termasuk manajemen keuangan publiknya. Ini akan sangat positif dalam menyaring investor domestik maupun asing,” ujarnya.