REPUBLIKA.CO.ID, DONGGOLA -- Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) bersama Tim Direktorat Jenderal (Ditjen) Tanaman Pangan dan Ditjen Sarana dan Prasarana Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan Gerakan Percepatan Olah Tanah (GPOT) dan percepatan tanam padi, jagung dan kedelai di Kabupaten Donggala, Poso, Parigi Moutong dan Siggi. Gerakan ini sebagai upaya percepatan dan pencapaian target Luas Tambah Tanam (LTT).
Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam bentuk GPOT ditingkat lapangan ini menyasar lahan seluas 100 hektare di Kabupaten Donggala, Kabupaten Poso 100 hektare, Kabupaten Parigi Moutong 100 hektare dan Kabupaten Sigi 100 hektare.
Kepala Seksi Seralia Kabupaten Donggala, Oktavius Palembangan berharap dengan alokasi kegiatan percepatan tanam padi di lahan kering petani makin tergerak untuk melakukan percepatan tanam. "Percepatan tanam terutama pada lahan-lahan yang sudah selayaknya bisa tanam," demikian ungkap Oktavius di Donggala, Rabu (25/9).
Sementara itu Kepala Seksi Seralia Provinsi Sulteng, Arbit mengajak para petani mengoptimalkan lahan-lahan yang belum produktif. Misalnya, lahan-lahan tadah hujan, lahan pekarangan, lahan di bawah tegakan dan lahan lain yang sumber airnya terbatas, serta lahan yang ketersediaan airnya masih cukup dapat memanfaatkan lahan tersebut.
"Saya mengajak petani untuk lebih mengoptimalkan lahan-lahan pertanian yang dimiliki. Kami di provinsi dan pusat siap untuk mendukung bantuan benihnya," ujarnya.
Arbit menambahkan pada dasarnya kegiatan ini bertujuan untuk memfasilitasi dan mendorong petani dalam melakukan proses percepatan tanam pada lahan-lahan yang sudah semestinya melakukan penanaman terutama di bulan September agar berkontribusi pada produksi padi di tahun 2019. Perlu diketahui luas pertanaman sampai tanggal 24 September di Sulteng 9.300 hektare dari target 17 ribu hektare.
"Ini menjadi tugas kita bersama untuk mengejar kekurangan di bulan September," terangnya.
Hal senada disampaikan perwakilan Tim Liaison Oficer Upaya Khusus (Upsus), Roland Hutadjulu bahwa saat ini pemerintah pusat menyediakan bantuan benih untuk kegiatan padi lahan kering maupun jagung untuk mengoptimalkan lahan-lahan yang sumber airnya terbatas.
“Silahkan petani dan daerah mengajukan CPCL usulannya ke pusat, untuk para penyuluh saya minta secepatnya megidentifikasi lahan dan segera dimasukkan CPCL ke dinas Kabupaten,” ucapnya.
Lebih lanjut Roland menjelaskan sinergisme dan kerja sama semua pihak merupakan salah satu kunci keberhasilan penanganan dampak bencana. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulteng pun ambil bagian melalui tata pengelolaan air di lahan kering, demonstrasi teknologi tanaman monokultur jagung dan polikultur (tumpangsari tanaman/turiman), Introduksi varietas unggul baru (VUB) komoditas padi dan jagung toleran kekeringan yaitu Inpago 8 dan jagung varietas lamuru dan sukmaraga, serta dukungan inovasi kelembagaan petani.
"Tata pengelolaan air menjadi agenda prioritas karena permasalahan utama yang terjadi pada lahan kering terdampak gempa adalah tidak tersedianya air untuk pemenuhan kebutuhan daya pegang air (water holding capacity) yang rendah," jelasnya.
Menurut Roland, sebagai alternatif solusinya diintroduksikan teknologi sumber/sumur air dangkal dan irigasi menggunakan water gun sprinkler yang dapat menghemat penggunaan air. Di mana air akan merata dan tepat jatuh dititik tumbuh tanaman dengan jangkauan sejauh 14 meter.
"Sedangkan untuk peningkatan produkivitas lahan ditempuh melalui rekayasa sistem tanam secara tumpangsari," sebutnya.
Pada saat Gerakan Percepatan dilakukan pula verifikasi data standingcrop luas baku sawah Tim ArcGIS dan selama melakukan sosialisasi dan dapat menemukan tambahan luas baku dan disarankan Tim ArcGIS tetap melanjutkan dan merapikan pemetaan di lapangan dengan polygon-poligon yang tepat dan lebih akurat.