Selasa 17 Sep 2019 18:51 WIB

BI: Data Berkualitas Dukung Optimalisasi Perdagangan Jasa

Penggunaan data secara lintas batas semakin banyak digunakan.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Gita Amanda
Bank Indonesia
Foto: Republika/Prayogi
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengambilan keputusan yang tepat di bidang ekonomi baik bagi institusi pemerintah maupun sektor bisnis memerlukan data yang berkualitas. Di tengah pesatnya pemanfaatan teknologi digital, penggunaan data secara lintas batas semakin banyak digunakan.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti menyampaikan hal tersebut akan mempermudah koordinasi pada rantai nilai global (global value chain). Sekaligus mendukung fasilitasi perdagangan, termasuk perdagangan jasa.

Baca Juga

"Digitalisasi pada saat yang sama juga telah mendukung kegiatan perdagangan yang lebih beragam dan menjadi bagian penting dalam rantai nilai global," katanya dalam Workshop Nasional “Better Understanding of International Trade in Services for the Effectiveness of Policy-Design” yang diselenggarakan hari ini, Selasa (17/9) di Yogyakarta, melalui siaran pers.

Kontribusi sektor digital, menyumbang sekitar 43 persen terhadap nilai tambah asing atau Foreign Value Added Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan untuk negara-negara maju yang tergabung dalam Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), nilai tambah asing sektor industri digital mencapai sekitar 50 persen.

Workshop nasional ini sebagai salah satu upaya untuk membangun kesadaran dan komitmen para pihak baik penyusun data maupun pengguna data. Agar memperhatikan kualitas dan ketersediaan data yang lebih baik untuk perdagangan jasa.

Selain itu, kegiatan ini juga sebagai salah satu wujud dari misi Bank Indonesia dalam menciptakan kontribusi nyata bagi perekonomian Indonesia. Khususnya dalam upaya mengelola defisit transaksi berjalan.

Selain narasumber lokal, workshop nasional ini juga menghadirkan pakar-pakar internasional di bidangnya, antara lain berasal dari World Trade Organization (WTO), OECD, United States Bureau of Economic Analysis (US BEA), Bank of Estonia, POSITIUM dan University of the Philippines.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement