REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Tren minum kopi kini mulai merambah para anak muda milenial di Cina. Mereka kini mulai meninggalkan minum teh sebagaimana rutin dijalani orang tua dan nenek moyang mereka.
Fenomena itu membuat Jemalin optimistis bisnis kopi gayo yang ditekuninya berpuluh tahun akan terus berkembang. Tren minum kopi di kalangan milenial menjadi pendorong melonjaknya permintaan, baik dari pasar domestik maupun ekspor.
Jemalin adalah pengusaha pemilik Tiara Global Coffee sekaligus petani kopi dari Takengon, Aceh Tengah. Omzet penjualan kopinya melonjak sekitar 200 persen setiap tahunnya sejak 2015. Nilai omzetnya sekarang Rp 2,4 miliar sampai Rp 2,8 miliar per tahun untuk penjualan lokal.
Setiap bulan Jemalin bisa menjual dua hingga empat ton kopi bubuk ke pasar domestik dan luar negeri. Untuk pasaran ekspor, ia sudah memiliki pembeli tetap dari Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan. Ada pula pembeli dari Amerika Serikat namun masih temporer.
"Saya pernah juga menjual kopi Luwak ke pembeli di Hebron, Palestina, melalui Yordania. Ada tiga kali pemesanan, tapi ongkos kirim ke sana mahal," katanya mengisahkan.
Menurut pengamatannya, booming kopi di kalangan milenial dimulai dari Jepang dan Korea Selatan. Lalu merambah ke Eropa dan baru ke Indonesia sekitar tahun 2016. Sekarang kopi juga mulai booming di India, Pakistan, dan China.
"Kalau mereka booming seperti kita, pasokan tidak akan memenuhi, tapi itu yang kita mau agar harga kopi tidak bergantung pada Amerika Serikat saja. Kita yang punya kopi tapi Starbuck yang tentukan harga," katanya.
Jemalin berharap ekspor kopi Gayo bisa meluas ke lebih banyak negara. Demi menjangkau para buyer yang baru, Jemalin mengikuti Indonesia Halal Economy Investment Forum 2019 atas undangan Bank Indonesia. Acara itu digagas oleh Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) bersama Bank Indonesia dan disokong Kementerian Luar Negeri RI. Selasa dua hari, 16-17 September 2019, forum bagi usaha halal ini digelar di Dubai, dan Jeddah, Arab Saudi, pada 18 September 2019.
Pemilik Tiara Global Coffee ini hanya berharap bertemu buyer di ajang Indonesia Halal Economy Investment Forum 2019. "Saya hanya berharap buyer, tidak investor," katanya tegas.
Jemalin sejauh ini belum membutuhkan modal tambahan baik untuk modal kerja atau investasi. Seberapa pun besarnya pesanan yang datang dari luar negeri, ia akan penuhi dengan cara berkolaborasi bersama para petani kopi di kampung halamannya.
Kopi yang dijual ke pasaran ekspor biasanya dari jenis Arabica Spesialty, kopi pilihan. Ia yakin kopi gayo mampu bersaing bahkan mengungguli produk kopi dari negara lain. Dia berani mengadu langsung cita rasa kopi gayo dengan kopi negara lain di hadapan buyer.
Bahkan dari kunjungan Jemalin ke Dubai, ia berhasil mengantongi kesepakatan memasok biji kopi seberat 20 ton dari buyer di Dubai. Ekspor biji kopi itu akan dilakukannya November mendatang. Hubungan dengan buyer asal Dubai ini sudah dijalinnya secara personal sejak beberapa bulan lalu.