Selasa 17 Sep 2019 13:24 WIB

Rendang Katuju Memburu Modal Hingga ke Dubai

Ade membutuhkan teknologi untuk mengawetkan produk rendangnya agar bertahan lama.

Rep: Budi Raharjo/ Red: Gita Amanda
Ade surianto (kiri) bertukar kartu bisnis dengan pengelola Dubai Airport Freezone.
Foto: Budi Raharjo/REPUBLIKA
Ade surianto (kiri) bertukar kartu bisnis dengan pengelola Dubai Airport Freezone.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Hanya ada satu tujuan yang ingin dicapai Ade Surianto ketika mengikuti Indonesia Halal Economy Investment Forum 2019 di Dubai dan Jeddah atas undangan Bank Indonesia mencari investor. Pengusaha makanan olahan rendang asal Sumatra Barat ini memang sedang membutuhkan dana segar untuk meningkatkan kapasitas produksi usahanya.

Dari sisi usia, usaha rendang Katuju memang masih terbilang muda, baru berjalan 22 bulan. Namun pria lulusan sarjana Fisika ini memiliki tekad untuk tak main-main dengan membesarkan usahanya, sejak dari awal ia merintis. "Saya butuh modal untuk mengakselerasikan kapasitas produksi," ujarnya ketika ditemui Republika.co.id di Dubai, Uni Emirates Arab, Selasa (17/9).

Baca Juga

Saat ini omzet usaha rendang Katuju berkisar Rp 100 juta sampai Rp 150 juta per bulan dengan delapan pegawai. Omzet itu dinilai Ade masih jauh di bawah kapasitas produksi maksimal yang bisa dilakukan. Peralatan pengolahan rendang yang dimilikinya bisa mencapai 13,5 ton per bulan dengan omset yang seharusnya mencapai Rp 2,3 miliar sampai Rp 3 miliar per bulan.

Namun, Ade belum berani memproduksi sesuai kapasitas maksimal karena belum memiliki teknologi atau alat yang mampu membuat rendang olahannya mampu bertahan lama hingga dua tahun. Dengan alat yang ada saat ini, randang olahannya baru mampu bertahan maksimal tiga bulan dan paling aman 1,5 bulan. "Saya ingin ada investor yang bisa mendanai itu," ujarnya.

Ade menawarkan paket investasi Rp 5 miliar, Rp 10 miliar, Rp 20 miliar, Rp 25 miliar, dan Rp 50 miliar. Sebagaimana produksi rendangnya yang halal, ia ingin pola investasi ini juga sesuai syariah. "Tapi kalau untuk paket investasi Rp 5 miliar, sebenarnya sudah ada investor lokal yang berminat," katanya. "Saya ikut acara ini dengan harapan ada investor yang lebih besar lagi."

Rencananya, dana investasi itu akan digunakan untuk membeli teknologi pengawetan produk rendang, memperbaiki gedung produksi, pemasaran, dan modal kerja. Selama ini, Ade membuat dan menjual produknya sesuai pesanan pembeli. "Produk rendang kami tidak hanya berbahan dasar daging, tapi ada juga dari ikan tuna, ayam, bebek, buah nangka, bahkan jengkol," katanya menguraikan.

Bahkan, ia juga mengemas rendang itu dalam bentuk sachet agar mudah dibawa ke mana-mana bagi kalangan yang gemar bepergian. Mayoritas produksinya dilempar ke jamaah umrah melalui biro-biro perjalanan haji dan umrah di Jakarta. Harapannya bila teknologi pengawetan itu sudah dimiliki, ia ingi memasok rendang bagi jamaah haji.

Indonesia Halal Economy Investment Forum 2019 digagas oleh Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) bersama Bank Indonesia dan disokong Kementerian Luar Negeri RI. Selasa dua hari, 16-17 September 2019, forum bagi usaha halal ini digelar di Dubai, dan Jeddah, Arab Saudi, pada 18 September 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement