Rabu 11 Sep 2019 16:24 WIB

ESDM: B30 Tonggak Pengembangan Energi Terbarukan Indonesia

Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif masa depan.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Gita Amanda
Road show uji jalan bahan bakar B30 pada kendaraan bermesin diesel di Gedung Lemigas, Kementerian ESDM, Jakarta Selatan, Kamis (5/9).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Road show uji jalan bahan bakar B30 pada kendaraan bermesin diesel di Gedung Lemigas, Kementerian ESDM, Jakarta Selatan, Kamis (5/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasubdit Keteknikan dan Lingkungan Bioenergi, Direktorat Jenderal (Ditjen) Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Efendi Manurung, mengatakan biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif masa depan. Dia menyampaikan, pemerintah sedang melakukan uji jalan atau road test B30 (campuran 30 persen biodiesel pada bahan bakar solar) yang akan mulai diimplementasikan tahun depan.

Efendi menyebut, kendaraan yang diikusertakan dalam road test B30 terdapat tujuh merek kendaraan dengan beragam variasi dan kelas kendaraan. Hal ini dikatakan Efendi dalam acara bertajuk "Biodiesel Goes to Campus" di Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Selasa (10/9).

Baca Juga

"Hasil road test B30 sampai saat ini menunjukkan tidak ada perbedaan kinerja signifikan pada daya kendaraan dan fuel economy ketika kendaraan menggunakan bahan bakar B30 dan B20, uji start ability dan presipitasi juga menunjukan hasil yang bagus dan memenuhi rekomendasi OEM," ujar Efendi dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id di Jakarta, Rabu (11/9).

Dari hasil tersebut, lanjut Efendi, pihaknya telah mengusulkan revisi SNI 7182 B100 untuk spesifikasi pencampuran B30 ini. "Ada poin penting, salah satunya kandungan monogliserida yang pada road test di Dieng hasilnya 0,55. Standar SNI sebelumnya 0,8 kita usulkan menjadi 0,4 untuk start ability yang lebih baik," ucap Efendi.

Efendi juga menegaskan, B30 ini merupakan tonggak pengembangan energi terbarukan di Indonesia. "Kita tetap mau impor BBM dari luar negeri apa mau menggunakan B30 yang juga menyerap produksi sawit dalam negeri, itu pilihannya," kata Efendi.

Kepala Divisi Perusahaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Achmad Maulizal menyampaikan BPDPKS memberikan dukungan dalam pemanfaatan sawit untuk biodiesel dan juga sumber energi lainnya.

"Tak hanya biodiesel, kita juga bergerak ke sawit untuk biofuel dan biomassa juga untuk sumber energi lainnya. Dari sawit ini dimanfaatkan semuanya, tidak ada yang terbuang," ujar Maulizal.

Selain mengurangi ketergantungan impor BBM, Maulizal menyebut, sawit untuk B30 ini juga akan meningkatkan kesejahteraan petani dan juga menekan emisi karbondioksida.

"Cina yang baru menerapkan B5 saja bisa mengurangi emisi karbonnya hingga lebih dari 17 juta ton, apalagi Indonesia yang akan menerapkan B30 tahun depan," kata Maulizal.

Wakil Dekan Bidang Kemahasiwaan FTM UPN Veteran Yogyakarta Joko Soesilo juga  menyampaikan komitmennya untuk mendukung peningkatan B20 menjadi B30 yg akan mulai diimplementasikan tahun depan. "Kami dan jajaran kami siap mendukung program ini, semoga kampus kami dapat berkontribusi untuk turut menyukseskan pemanfaatan biodiesel ke depannya," ujar Joko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement