Sabtu 31 Aug 2019 06:09 WIB

Ini Ragam Bisnis Pengusaha Taksi Malaysia yang Tolak Gojek

Pendiri Big Blue Taxi, Datuk Shamsubahrin Ismail, ternyata tak hanya menekuni bisnis

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Tahu Pemilik Taksi Malaysia yang Tolak Gojek? Ternyata Bisnisnya..... (FOTO: Big Blue Capital)
Tahu Pemilik Taksi Malaysia yang Tolak Gojek? Ternyata Bisnisnya..... (FOTO: Big Blue Capital)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta -- Sempat melontarkan kalimat tak sedap terhadap Gojek, pendiri Big Blue Taxi, Datuk Shamsubahrin Ismail, ternyata tak hanya menekuni bisnis transportasi. Ia menggeluti beberapa bisnis lain di Negeri Jiran, mau tahu apa saja?

Melansir situs Big Blue Capital (BBC), Jumat (30/8/2019), perusahaan Datuk Shamsubahrin juga memiliki platform niaga-el (e-commerce) All Halal, khusus untuk makanan dan produk halal lainnya.

"Allhalal.com.my adalah platform dagang-el untuk para penjual dan pembeli memasarkan produk halal mereka," tulis perusahaan dalam situsnya.

Baca Juga: Kita Bisa Terima Grab, Kok Malaysia Menolak Gojek?

Selain itu, ada pula platform B2B yang ditujukan untuk para partner bisnis BBC menjual produk mereka. Namun, perusahaan tak menjelaskan secara rinci mengenai bentuk platform itu. Pada keterangan resmi di situsnya, BBC hanya menuliskan, "platform B2B ini menyediakan ruang bagi penjual memasarkan produknya, begitu pula dengan pembeli."

Di luar itu, bisnis Daruk Shamsubahrin tentu ada di bidang transportasi taksi. Konsep layanan tersebut sama seperti Gocar dan Grabcar di Indonesia di mana perusahaan mengintegrasikan taksi dengan teknologi. Bahkan, Big Blue Taxi juga memiliki layanan keuangan digital, Blue Pay.

"Pengguna bisa menggunakan Blue Pay untuk berbagai transaksi dengan nominal berapapun, dalam mata uang apapun," begitulah klaim perusahaan.

BBC didirikan pada 2010 oleh Datuk Shamsubahrin Ismail, pria yang beberapa waktu lalu menolak kehadiran Gojek di Malaysia. Menurutnya, Gojek patutnya berkembang di negara dengan kondisi ekonomi rendah, seperti Thailand, India, dan Kamboja bahkan mengatakan Indonesia sebagai negara miskin.

Akhirnya ia menyampaikan permintaan maaf di hadapan media atas pernyataannya tersebut.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement