Kamis 29 Aug 2019 21:02 WIB

Generasi Milenial Butuh Proteksi Finansial, Ini Alasannya

Generasi milenial disarankan menyisihkan 10 persen dari pendapatannya.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Generasi milenial.
Foto: pexels
Generasi milenial.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Generasi milenial disarankan untuk melakukan proteksi finansial dengan cara berasuransi dan berinvestasi. Apalagi saat ini penghasilan para milenial lebih banyak dihabiskan untuk memenuhi gaya hidup perkotaan dibandingkan dengan menabung.

Sharia, Government Relations, and Community Investment Director Prudential Indonesia, Nini Sumohandoyo menegaskan pentingnya berasuransi karena gaya hidup milenial saat ini cenderung tidak sehat dan banyak menimbulkan penyakit. Apalagi sata ini setiap 1 bulan, milenilal menghabiskan Rp 1 juta untuk 'ngopi' dan Rp 3,2 juta untuk pemenuhan gaya hidup lainnya.

Baca Juga

Akibatnya, berdasarkan data Prudential Indonesia, jumlah klaim penyakit serius seperti serangan jantung semakin meningkat tiap tahunnya, terutama di kalangan usia muda.

"Prudential pada 2018 membayar klaim Rp 12,3 triliun, angka klaim usia milenial hampir Rp 500 miliar yang jumlahnya 40 ribu orang," ungkap Nini dalam diskusi Republika, Pilih Mana: Investasi atau Asuransi? di Jakarta, Kamis (29/8).

Data tersebut membuktikan bahwa generasi milenial penting untuk melakukan proteksi finansial. Karena apabila mengalami penyakit serius, tabungan dan investasi pun akan habis, bahkan dapat mengalami kebangkrutan. 

Nini menyarankan agar generasi milenial yang sudah memiliki penghasilan untuk menabung, selanjutnya baru berasuransi dengan menyisihkan sekitar 10 persen dari penghasilan. Namun, ia tidak menyarankan untuk berasuransi jika basic needs belum terpenuhi dan tidak memiliki tabungan. Selanjutnya milenial dapat memulai berinvestasi.

"Karena kalau tidak punya asuransi, nanti tiba-tiba sakit keras, tabungan dan investasi jadi harus digunakan. Kalau punya asuransi, tabungan dan investasi tidak akan tersentuh,"kata Nini.

Dalam kesempatan yang sama, Ekonom Senior Aviliani juga menegaskan pentingnya menahan jajan demi berinvestasi dan berasuransi. Dia menekankan pentingnya kedua hal tersebut untuk menyambut masa pensiun. 

"Asuransi wajib, terutama untuk hari tua, biasanya umur 58 sudah masa pensiun. Kalau sudah tidak bisa produktif maka hidup akan tergantung simpanan," kata Aviliani.

Menurut Aviliani, milenial saat ini harus benar-benar mempelajari dan mengerti kompetensi yang mereka miliki. Karena setelah melewati usia produktif dan memasuki masa-masa pensiun, kompetensi tersebut yang dapat memberikan penghasilan. "Itu juga tidak sebesar saat bekerja. Makanya perlu asuransi untuk hari tua," kata Aviliani.

Direktur & Chief Investment Officer PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula memberi beberapa cara untuk memulai berinvestasi. Cara pertama yakni dengan menabung terlebih dahulu sebelum berbelanja.

"Biasanya belanja dulu, kenapa nggak nabung dulu saja? Terima gaji sisihkan untuk nabung lalu sisanya dibelanjakan," ujar Ezra.

Selain itu, ia menyarankan milenial agar berhemat dalam mengkonsumsi 'jajanan'. Menurut perhitungannya, apabila mengubah gaya hidup dari beli sarapan menjadi bikin sarapan sendiri, bisa hemat Rp 20 ribu per hari dan dalam 10 tahun bisa menjadi Rp 73 juta. Selain itu, jika kebiasaan ngopi mahal diganti ke kopi sachet dapat hemat Rp 30 ribu, dan dalam 10 tahun bisa menjadi Rp 110 juta.

Jumlah tersebut akan meningkat apabila dana dari jajan tersebut diinvestasikan di reksa dana. Untuk produknya, reksa dana pasar uang dapat menjadi awalan bagi para milenial untuk bverinvestasi, dengan investasi awal Rp 10 ribu. "Diharapkan dapat melampaui inflasi. Kalau ke instrumen pasar modal harapannya akan bisa mengalahkan angka inflasi," kata Ezra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement