Rabu 28 Aug 2019 20:48 WIB

Antisipasi Resesi, Bank Mandiri Hati-Hati Salurkan Kredit

Bank Mandiri lebih memilih sektor korporasi dan pemerintahan.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo (tengah) berbincang dengan Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Sulaiman A. Arianto (kiri), Komisaris Utama Bank Mandiri Hartadi A. Sarwono (kedua kiri), Wakil Komisaris Utama Bank Mandiri Imam Apriyanto Putro (kedua kanan) dan Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Royke Tumilaar (kanan) sebelum mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) di Menara Mandiri, Jakarta, Rabu (28/8/2019).
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo (tengah) berbincang dengan Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Sulaiman A. Arianto (kiri), Komisaris Utama Bank Mandiri Hartadi A. Sarwono (kedua kiri), Wakil Komisaris Utama Bank Mandiri Imam Apriyanto Putro (kedua kanan) dan Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Royke Tumilaar (kanan) sebelum mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) di Menara Mandiri, Jakarta, Rabu (28/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Mandiri Tbk berhati-hati dalam memberikan kredit dalam rangka mengantisipasi ancaman resesi. Direktur Keuangan Bank Mandiri, Panji Irawan menyampaikan perseroan memilah-milah sektor yang aman.

"Bank Mandiri melihat dari beberapa segmen, kita memilih pemain-pemain yang bagus," kata dia dalam konferensi pers RUPSLB, di Menara Mandiri, Jakarta, Rabu (28/8).

Baca Juga

Ini disesuaikan dengan kondisi perekonomian dunia yang jadi dampak eksternal. Menurutnya, Mandiri mengurangi sektor-sektor upstream di komoditas dan lebih memilih middle atau downstream.

Potensi kredit akan tetap ada meski melemah. Sehingga Bank Mandiri akan mengambil sektor korporasi dan pemerintahan. Seperti payroll maupun konsumsi yang masih punya peluang tumbuh.

"Diantara situasi global ini tetap masih ada peluang bank untuk tumbuh, kita siapkan risk acceptance-nya," kata dia.

Direktur Hubungan Kelembagaan Bank Mandiri Alexandra Askandar menambahkan siklus perekonomian memang bisa terjadi setiap saat. Sejumlah komoditas masih tertekan, seperti misal kelapa sawit, batu bara, dan lainnya.

Alexandra juga berharap alokasi dari pengeluaran pemerintah ke bantuan sosial bisa ditingkatkan. Pasalnya Bank Mandiri ikut menyalurkan. Ini berdampak cukup signifikan kepada perputaran ekonomi khususnya di pedesaan daerah.

Ini masuk pada program sosial kemasyarakatan. Bank Mandiri terlibat penuh pada penyaluran Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan (PKH) kepada 1,6 juta keluarga penerima manfaat (KPM), dan program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) kepada 612 ribu KPM.

Bank Mandiri melaporkan penyaluran kredit pada akhir Juni 2019 naik 9,52 persen secara tahunan menjadi Rp 835,1 triliun. Capaian ini sangat berperan pada kemampuan bank membukukan laba bersih Rp 13,5 triliun atau tumbuh 11,1 persen pada akhir Juni 2019.

"Kami optimis strategi ini dapat mendukung pencapaian target kenaikan kredit  11-12 persen hingga akhir tahun ini," kata Alexandra.

Perseroan juga menjaga kualitas pembiayaan. Rasio kredit bermasalah menjadi 2,59 persen, turun 0,54 persen dari akhir Juni 2018. Angka tersebut merupakan terendah sejak kuartal III 2015.

Pengumpulan Dana Pihak Ketiga (DPK) secara rata-rata tumbuh 6,8 persen, atau secara konsolidasi mencapai Rp 843,2 triliun pada kuartal II 2019. Bank Mandiri telah memberikan kredit hingga Rp 203,4 triliun per Juni 2019, atau tumbuh 22,6 persen secara tahunan.

Adapun tujuh sektor utama penerima pembiayaan Mandiri itu adalah transportasi (Rp 39,6 triliun), tenaga listrik (Rp 43,9 triliun), migas & energi terbarukan (Rp 37,2 triliun), konstruksi (Rp 17,2 triliun), Jalan tol (Rp 17,1 triliun), telematika (Rp 22,6 triliun), perumahan rakyat & fasilitas kota (Rp 10,9 triliun), dan infrastruktur lainnya (Rp 14,7 triliun). 

Sementara untuk pengembangan ekonomi kerakyatan, Bank Mandiri menyalurkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 10,54 triliun pada paruh pertama 2019, atau sekitar 42 persen dari target tahun ini dengan jumlah penerima sebanyak 138.090 debitur.

"Sekitar Rp 5,4 triliun telah disalurkan kepada sektor produksi, yakni pertanian, perikanan, industri pengolahan dan jasa produksi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement