REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) berkomitmen untuk berinvestasi lebih pada sektor bisnis terkait teknologi. Direktur Tresuri dan Internasional BNI, Rico Rizal Budidarmo menyampaikan perseroan ingin efisien meningkatkan bisnis tanpa membangun banyak cabang.
"Makanya venture capital yang kita dorong itu yang terkait pemanfaatan teknologi karena bisa meningkatkan bisnis kita," kata dia usai konferensi pers public expose di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (27/8).
Investasi tidak terbatas pada rencana organik maupun anorganik. Salah satu yang sudah pasti adalah investasi pada LinkAja melalui venture capital yang akan didirikan BNI untuk tujuan suntik modal pada sejumlah perusahaan teknologi.
BNI mengedepankan kegiatan-kegiatan berbasis teknologi tersebut agar memperluas pangsa pasar. Tidak hanya bagi BNI tapi juga bank-bank Himpunan Bank Negara (Himbara) atau BUMN.
BNI merupakan bank dengan kekuatan pada segmen korporasi. Bisnis sampai 2019 didominasi pinjaman ke korporasi sebesar 51,9 persen. Rico mengatakan perseroan akan tetap pada ranah tersebut.
"Yang menjadi keahlian kami memang di manufaktur, perdagangan, jasa, dunia usaha, kita akan terus tingkatkan di sana," kata dia.
Pada semester I tahun 2019 kredit BNI secara total tumbuh 20 persen. Yaitu dari Rp 457,81 triliun pada Semester I 2018 menjadi Rp 549,23 triliun pada Semester I 2019. Rico mengatakan ini seiring dengan upaya pemerintah yang terus mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.