Selasa 27 Aug 2019 10:04 WIB

Cerita Pengemudi Difabel Layani Penumpang Taksi Daring

Meskipun memiliki kekurangan, pengemudi difabel mampu melayani penumpang dengan baik

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolanda
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata, dan para pengemudi difabel taransportasi daring berfoto bersama usai melakukan pertemudan di Gedung Kementerian Perhubungan, Senin (26/8).
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata, dan para pengemudi difabel taransportasi daring berfoto bersama usai melakukan pertemudan di Gedung Kementerian Perhubungan, Senin (26/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mungkin tidak ada yang tahu betapa sulitnya penyandang difabel untuk mendapatkan sebuah pekerjaan. Padahal, mereka sama dengan manusia normal lainnya yang juga harus bertahan hidup dengan mencari nafkah.

Trasportasi daring yang saat ini sudah sangat berkembang di Indonesia nyatanya bisa menjadi harapan bagi mereka yang difabel untuk mendapatkan pekerjaan. Meski mungkin saja ada pengguna transportasi daring yang memilih untuk menolak dan membatalkan pesanan saat mengetahui ia mendapatkan pengemudi difabel.

Baca Juga

Salah satu penyedia transportasi daring yakni Grab Indonesia saat ini memiliki beberapa pengemudi ojek dan taksi online yang menyandang tuna rungu. Beberapa di antaranya yakni Rama, Fajar, dan Bonar sempat menceritakan eksistensinya selama menjadi pengemudi taksi daring Grab.

Rama mengaku sudah dua tahun menjadi pengemudi taksi daring Grab. Meskipun tidak bisa mendengar, Rama menuturkan bisa melayani para pelanggannya sama seperi pengemudi normal taksi daring lainnya.

Rama bahkan mengaku selama dua tahun menjadi pengemudi daring tidak pernah mengalami kendala. Baik saat berkomunikasi dengan penumpangnya atau saat melakukan penjemputan hingga mengantar ke lokasi tujuan.

“Penumpang saya selalu senyum ramah, tidak ada kendala,” kata Rama saat ditemui di Gedung Kementerian Perhubungan, Senin (26/8).

Ketika ada pesanan masuk melalui aplikasinya, Rama mengatakan selalu memberitahukan kepada calon penumpangnya kalau dirinya tuna rungu. Ketika penumpang sudah menyetujuinya, maka Rama akan menjemput sesuai lokasi penjemputan. 

Setelah mengantarkan penumpang ke lokasi tujuan, Rama bersyukur penumpangnya tidak masalah dengan kondisinya sebagai difabel. “Saya selalu katakan, maaf tuna rungu. Tapi mereka bilang tidak apa-apa dan penumpang selalu senyum ramah,” ujar Rama.

Selain Rama, Bonar sebagai pengemudi ojek daring Grab juga ingin menceritakan kepada semua orang kalau dirinya juga bisa memberikan pelayanan yang sama seperti yang lain. Meskipun tidak mendengar, Bonar mengatakan tetap bisa mengantarkan penumpangnya ke lokasi tujuan dengan baik.

Bonar mengakui, dari segi berkomunikasi memang sedikit berbeda namun dia yakin bisa mengantarkan penumpangnya ke lokasi tujuan. 

“Kalau penumpang naik, kalau mau arahkan belok kanan tinggal tepuk bahu kanan saya. Kalau ke kiri tinggal tepuk bahu kiri saya,” tutur Bonar.

Bonar bersyukur, meski dirinya tuna rungu namun pada akhinya hak mendapatkan pekerjaan perlahan mulai ia dapatkan. Bonar mengharapkan Grab dan pemerintah bisa memberikan dukungan dan peluang kepada para difabel agar tetap bisa bekerja dan memperoleh nafkah.

Selain itu, Fajar yang juga menjadi pengemudi taksi daring Grab mengharapkan pemerintah bisa memberikan kesempatan untuk beroperasi di Bandung. Selama menjadi pengemudi taksi daring, Fajar ingin bisa mengantar penumpangnya dari Bandara Husein Sastranegara. Hanya saja, saat ini Grab belum bisa beroperasi beroperasi di bandara tersebut.

Mendengar semua pengalaman para pengemudi difabel transportasi daring, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengapresiasinya. “Itu menunjukkan kalian nggak minder, itu menjadi modal. Dengan keterbatasan menujukkan kalian memiliki masa depan yang bagus,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

Budi memastikan Kemenhub berkomitmen untuk membantu memfasilitasi difabel untuk bekerja di sektor transportasi. Budi menilai difabel yang sudah berhasil bekerja merupakan duta bagi saudaranya.

“Duta itu harus proaktif, untuk itu saya minta mereka untuk menyeleksi rekan-rekan mereka untuk mengajak mereka bekerja baik di Kementerian Perhubungan maupun stakholder terkait seperti di perusahaan ojek daring lainnya. Kami berikan alokasi untuk mereka,” jelas Budi.

Budi memastikan saat ini Kemenhub sudah meminta beberapa perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mempekerjakan para difabel. Salah satunya yakni PT Angkasa Pura II agar bisa menerima difabel untuk bekerja.

“Mereka dapat diposisikan yang sesuai dengan mereka. Misalkan masing-masing BUMN menerima lima orang, jadi kita sudah menampung sejumlah 50 orang penyandang disabilitas,” tutur Budi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement