REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Angkasa Pura (AP) II siap mendukung pengembangan ibu kota baru yang ditetapkan di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin mengatakan terutana melaui bandara-bandara yang dikelola di Provinsi Kalimantan untuk memperkuat konektivitas ibu kota baru.
Saat ini, AP II tengah mengelola dua bandara di Kalimantan yaitu Bandara Tjilik Riwut di Palangka Raya, Kalimantan Tengah dan Bandara Supadio di Pontianak, Kalimantan Barat. Dia memastikan AP II sudah memiliki rencana pengembangan kedua bandara tersebut agar optimal mendukung ibu kota baru di Kaltim.
“Bandara Tjilik Riwut dan Supadio siap mendukung ibu kota Indonesia yang baru di Kaltim. Selain membangun infrastruktur guna mendukung operasional bandara, AP II juga mengembangkan bandara dengan konsep multi airport system,” kata Awaluddin, Senin (27/8).
Dia menjelaskan konsep multi airport system secara umum akan membuat operasional bandara saling mendukung satu sama lain. Sehingga, kata Awaluddin, penerbangan dapat optimal dalam mendukung pertumbuhan perekonomian suatu wilayah.
Awaluddin menuturkan saat ini pengembangan berkonsep multi airport system sudah diterapkan di Bandara Soekarno-Hatta (Tangerang) dan Halim Perdanakusuma (Jakarta). Begitu juga di Banadara Husein Sastranegara (Bandung) dan Kertajati (Majalengka).
Terkait dengan pengembangan infrastruktur di Bandara Tjilik Riwut, Awaluddin mengatakan AP II menyiapkan investasi Rp 480 miliar. “Investasi ini untuk pembangunan terminal baru seluas 20.553 meter persegi dan perpanjangan landasan pacu dari 2.600 meter menjadi 3.000 meter,” jelas Awaluddin.
Saat ini Bandara Tjilik Riwut beroperasi dengan terminal baru seluas 29.124 meter persegi dan dapat menampung hingga 2.200 orang per hari. Terminal baru tersebut dioperasikan sejak 28 Maret 2019.
AP II memperoleh hak pengelolaan Bandara Tjilik Riwut pada 19 Desember 2018 dari Kementerian Perhubungan. Kemudian, pada 8 April 2019, terminal baru tersebut diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sementara itu, AP II saat ini tengah memperpanjang landasan pacu di Bandara Supadio menjadi 2.600 meter. “Proyek tersebut sudah dimulai tahun ini dan ditargetkan tuntas dalam 1,5 tahun ke depan,” tutur Awaluddin.
Dia menjelaskan perpanjangan landasan pacu di Bandara Supadio agar dapat melayani penerbangan pesawat berbadan lebar seperti Airbus A330. Nantinya Bandara Internasional Supadio dapat melayani penerbangan langsung untuk ibadah umrah dan haji.
“Pengembangan Bandara Tjilik Riwut dan Supadio, ditambah dengan implementasi konsep multi airport system yang menyelerasakan rute penerbangan, akan sangat membantu pengembangan ibu kota yang baru di Kalimantan Timur,” ungkap Awaluddin.
Sebelumnya, Jokowi memilih ibu kota baru berada di Kabupaten Penajam paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Alasan di balik pemindahan ibu kota baru tersebut karena minimnya risiko bencana di Kaltim, termasuk gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan, hingga tanah longsor.
“Alasan kedua, lokasi strategis berada di tengah-tengah Indonesia. Ketiga, berdekatan dengan wilayah perkotaan yang berkembang, yakni Balikpapan dan Samarinda,” jelas Jokowi, Senin (26/8).
Jokowi juga menyatakan, kawasan di antara Penajam Paser Utara dan Kutai Kertanegara dipilih karena sudah memiliki infrastruktur lengkap dan tersedia 180 hektare lahan yang sudah dimiliki pemerintah. Sementara itu, Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor menyambut baik keputusan Presiden untuk memindahkan ibu kota negara ke Kalimantan Timur.
Menurut Isran, kajian soal pemindahan ibu kota sebetulnya sudah matang dan mengerucut pada kawasan di Kabupaten Kutai Kartanegara yang menyambung ke Kabupaten Penajam Paser Utara. “Dua kabupaten itu terhubung dan itu yang kita tawarkan yang kita sampaikan kepada Pak Presiden,” tutur Isran.