Selasa 27 Aug 2019 07:13 WIB

Harga Ayam Peternak Kembali Anjlok

Anjloknya harga ayam karena oversuplai dan rekayasa afkir berhenti.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Peternak memberi air minum dan pakan di salahsatu peternakan ayam potong di Desa Bengle, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Senin (8/7).
Foto: ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Peternak memberi air minum dan pakan di salahsatu peternakan ayam potong di Desa Bengle, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Senin (8/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gabungan Asosiasi Organisasi Pengusaha Peternak Ayam Nasional (Gopan) menyatakan, tren harga ayam peternak mulai anjlok kembali. Anjloknya harga telah berlangsung hampir tiga pekan lamanya. 

Sekretaris Jenderal Gopan Sugeng Wahyudi membenarkan kondisi harga ayam peternak yang mengalami tren penurunan kembali. 

Baca Juga

Menurut dia harga ayam peternak yang anjlok dimungkinkan terjadi karena dua sebab, yakni oversuplai dan rekayasa afkir (potong siklus day old chicken/DOC) yang berhenti. Sebagai catatan, sewaktu harga ayam anjlok pada beberapa bulan lalu, pemerintah menargetkan afkir sebesar 20-30 persen yang hanya berlangsung hingga 12 Juli 2019.

"Jadi setelah 12 Juli, enggak ada afkir lagi. Jadi kami meyakini ini ada oversuplai kembali," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Senin (26/8). 

Faktanya, kata dia, harga livebird atau ayam hidup di bawah pokok produksi sebesar Rp 18 ribu per kg, sehingga kemungkinan adanya oversuplai kembali terulang. Hanya saja dia mengatakan, pemerintah kerap enggan mengakui kondisi oversuplai yang terjadi. Indikasi tersebut dinilai nyata yakni tren harga yang terus turun berkisar Rp 12.500-Rp 15.500 per kilogram (kg). 

Meski begitu dia mengakui, harga ayam peternak sebulan lalu pernah stabil karena ada pengurangan di sisi afkirnya. Hal berbeda justru terjadi saat ini. Di Jawa Tengah, kata dia, harga ayam peternak justru mengalami penurunan harga terlebih dulu, baru disusul oleh wilayah lain seperti Bogor. 

Di sisi lain, pemerintah saat ini belum dapat memutuskan realisasi alokasi impor bibit indukan ayam (DOC GPS) tahun ini. Awalnya, kuota impor berjumlah 787 ribu ekor, namun angka tersebut belum final. Pemerintah juga terus mengkaji seiring adanya potensi koreksi pada tingkat konsumsi daging ayam di dua tahun mendatang. 

Adapun dalam outlook daging ayam ras 2017 yang diterbitkan Kementerian Pertanian (Kementan) pada 2018 lalu, konsumsi daging ayam diperkirakan tumbuh di kisaran 4 persen per tahun selama periode 2019-2021. Sugeng melanjutkan, penurunan harga selalu berimbas pada peternak mandiri sebab perusahaan terintegrasi (integrator) juga menjual ayam di pasar yang sama. 

"Sebetulnya sudah terintegrasi (antara peternak mandiri dengan integrator). Kami beli bibit ayam dan pakan sama mereka, masalahnya kan mereka jual di pasar yang sama. Ini harusnya yang diatur pemerintah," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement