Ahad 25 Aug 2019 16:36 WIB

Cerita Tukang Cilor dan Bakso Layani Pembeli dengan QR Code

Satu QR Code akan bisa dibaca oleh seluruh platform karena interkoneksi.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Wanita memindai QR Code menggunakan ponselnya.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Wanita memindai QR Code menggunakan ponselnya.

REPUBLIKA.CO.ID, Cokro tengah sibuk menggulung telur di penggorengan dengan lidi terbalut cimol. Ia sudah bertahun-tahun menjalani profesi sebagai pedagang cilor di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Namun, ada yang berbeda dari gerobak Cilor yang Cokro miliki.

Tepat di depan gerobaknya, tertempel sebuah kertas berisi barcode atau kode respons cepat (quick response/QR) yang bisa dipindai dengan aplikasi teknologi finansial (tekfin) pembayaran. Meski terdengar asing, Cokro tak ingin ketinggalan dengan kemajuan teknologi pembayaran saat ini.

Baca Juga

"Sudah hampir dua bulan saya pakai QR code. Jadi kalau mau beli Cilor bisa bayar non tunai tinggal scan," kata Cokro saat ditemui Republika, baru-baru ini.

Lelaki berusia 31 tahun ini kebetulan menjadi mitra salah satu unicorn Tanah Air, Bukalapak. Ia mengaku, mulanya diajak untuk menjadi mitra dan menerapkan QR Indonesia Standard (QRIS) yang baru saja diterbitkan Bank Indonesia. Cokro merupakan satu dari 1.000 pedagang yang menjadi proyek percontohan penerapan QRIS dalam pembayaran.  

Ia mengaku sulit, bahkan kebingungan ketika mengetahui tidak menerima uang tunai karena dibayar secara digital. Hal itu menjadi kendala karena Cokro harus memutar uangnya setiap hari untuk modal berdagang. Namun, lambat laun ia mengiyakan ajakan itu karena melihat ada peluang untuk menambah pendapatan.

"Ternyata gampang, yang penting ada handphone. Saya tertarik dan coba. Alhamdulillah pendapatan nambah," ujarnya.

Semula, dalam sehari Cokro mengantongi maksimal 300 ribu pendapatan kotor dari berdagang Cilor sejak pagi hingga menjelang malam. Setelah menggunakan QRIS, ia bisa mengantongi 400-500 ribu sehari.

Pendapatan bisa naik karena calon pembeli yang tak membawa uang cash, bisa membeli dengan tekfin pembayaran. Dipasangnya QRIS di gerobak milik Cokro juga menarik perhatian masyarakat yang melihatnya dan tertarik mencobanya. Setelah dua bulan mencoba, Cokro telah mengajak tujuh pedagang Cilor yang ia kenal untuk menggunakan QRIS.

Hal yang sama dialami pedagang bakso kaki lima, Edi Purwanto (34 tahun). Ia menuturkan, pembayaran lewat QRIS memudahkan ketika ia tak punya uang kembalian. Karena berdagang di kawasan perkantoran, ia bahkan mengaku pernah sekali ditanya pembeli soal membayar dengan cara scanning. Namun, Edi tak memahami.

"Ketika ada yang nawarin saya pakai QRIS ini ya sudah saya coba. Saya mulanya nggak tahu ini barang apa. Ternyata untuk bayar bakso," ujarnya.

Seperti Cokro, Edi kini mampu menjual 100 porsi bakso per hari yang ia hargai Rp 10 ribu per porsi. "Agak nambah hasil jualan setelah ada QRIS. Dulu paling banyak 70 mangkuk. Pembelinya banyak orang kantoran," kata Edi menambahkan.

 

Menurutnya, belum ada kendala berarti ketika menerapkan QRIS. Hanya saja, perlu sinyal internet yang stabil dan ia harus rajin-rajin mengecek ponsel untuk mengetahui uang dari pembeli benar-benar masuk.

Namun, Edi meyakini lambat laun akan semakin banyak pedagang kaki lima yang menggunakan QRIS. Keyakinan itu ia ungkapkan melihat kemajuan teknologi saat in yang makin berkembang luas. Meski hanya pedagang bakso, Edi tak ingin ketinggalan jadi saksi kemajuan teknologi pembayaran.

Sementara itu, pedagang warung kelontog Yogi Ramdan (31) mengaku QRIS lebih bermanfaat dalam hal memudahkan cara pembeli untuk membayar. Secara pendapatan, rata-rata harian masih sekitar Rp 250 ribu. Namun, ia menilai QRIS lambat laun akan mendorong dagangannya memperoleh pendapatan lebih.

Sebab, tak sedikit pembeli yang batal membeli lantaran Yogi tak punya uang kembalian. Mereka yang memiliki aplikasi tekfin pembayaran bisa menggunakannya ketika Yogi tak punya uang cash. Yogi mengatakan, QRIS bisa melayani seluruh tekfin pembayaran seperti DANA, LinkAja, OVO, dan Gopay.

VP Online to Offline Bukalapak, Rahmat Danu Andika, mengatakan, digitalisasi pembayaran terhadap 1.000 pedagang merupakan proyek percontohan yang dikerjakan bersama Bank Indonesia. Ia mengatakan, saat ini Bukalapak memiliki 2 juta mitra UMKM di seluruh Indonesia. Pihaknya akan terus mendorong para mitra untuk menerapkan QRIS.

“Ini terbukti bisa meningkatkan penjualan pedagang. Hasil pembayaran bisa diuangkan atau disimpan menjadi saldo digunakan membeli kebutuhan dagangan lewat marketplace Bukalapak,” ujar Rahmat.

Kepala Manajemen Proyek Strategi Nasional Keuangan Inklusi, Djauhari Sitorus berpendapat, dibanding teknologi lainnya, QRIS cukup cepat aman mudah dan murah. Pihaknya mendorong kepada para penyedia jasa QRIS untuk membantu meningkatkan penetrasi penggunaan QR code. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement