Jumat 23 Aug 2019 11:25 WIB

Menkeu: Hormati Keputusan BI Turunkan Suku Bunga

BI kembali menurunkan suku bunga acuan menjadi 5,5 persen

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Suku bunga Bank Indonesia
Foto: IST
Suku bunga Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, upaya Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin atau 0,25 persen merupakan upaya guna menjaga pertumbuhan perekonomian Indonesia. Kebijakan tersebut akan disinkronkan oleh pemerintah, baik dalam bentuk fiskal yang sekarang ataupun ke depan.

Sri memastikan, pemerintah bersama BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan terus menjaga perekonomian Indonesia seiring dengan sinyal global. "Apabila sinyal dalam perekonomian secara global mengindikasikan adanya pelemahan, kami akan terus mempelajarinya," ujarnya ketika ditemui di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Jumat (23/8).

Baca Juga

Selain itu, Sri memudahkan, kondisi ekonomi global juga akan menjadi landasan KSSK dalam menentukan sikap dari sisi bauran kebijakan (policy mix). Tujuannya, momentum pertumbuhan ekonomi dapat tetap terjaga sembari memastikan perkembangan pembangunan terus berlangsung.

Secara umum, Sri memastikan, pemerintah menghormati segala kebijakan BI. Sebab, dalam komunikasinya, mereka ingin agar momentum pertumbuhan ekonomi dapat tetap terjaga. "Kami akan bisa kerja sama dengan mereka maupun OJK," tuturnya.

Sebelumnya, BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5 persen, Kamis (22/8). Pada Juli, BI juga menurunkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen.

Dikutip dalam rilis BI, kebijakan tersebut konsisten dengan rendahnya perkiraan inflasi yang berada di bawah titik tengah sasaran dan tetap menariknya imbal hasil investasi aset keuangan domestik sehingga mendukung stabilitas eksternal. Selain itu, sebagai langkah pre-emptive untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi ke depan dari dampak perlambatan ekonomi global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement