Kamis 22 Aug 2019 19:22 WIB

Setahun Pasca Gempa, Investasi Triliunan Rupiah Hampiri Palu

Investor tertarik membangun di Palu karena lokasinya strategis.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Suasana bongkar muat peti kemas di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu di Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (15/11/2018).
Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Suasana bongkar muat peti kemas di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu di Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (15/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Pasca bencana alam yang terjadi pada tahun lalu, sejumlah investor menaruh minat terhadap potensi ekonomi di Palu, Sulawesi Tengah. Salah satunya adalah PT Wanhong yang berinvestasi Rp 800 miliar untuk membangun pabrik pengolahan tembaga di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu.

Komisaris Utama PT Bangun Palu Sulawesi Tengah (BPST), Iwan Yunus menjelaskan, PT Wanhong merupakan produsen dengan hasil produksi yang akan diekspor ke Cina. Sebab, mereka merupakan perusahaan asal Negeri Tirai Bambu. 

"Mereka pilih Palu karena lokasinya strategis, secara geografis dekat dengan Cina," katanya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (22/8). 

Iwan menjelaskan, banyaknya investor yang tertarik menanamkan modal di KEK Palu pascaterjadinya bencana merupakan di luar perkiraan. Ia memperkirakan, lokasi Palu yang strategis menjadi daya tarik utama daerah tersebut. Selain itu, Palu cenderung dekat dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia II, di mana 10.000 vessel (kapal) melewatinya tiap tahun. 

KEK Palu juga didukung keberadaan Pelabuhan Pantoloan yang merupakan salah satu pelabuhan alam terbaik di dunia, dengan kedalaman sekarang ini 18 meter tanpa pengerukan. Oleh karena itu, mother vessel dengan kapasitas di atas 50.000 MT pun bisa sandar. 

Iwan menyebutkan, perusahaan asal Jepang Hashimoto juga menaruh minat. Kesamaan antara Jepang dengan Indonesia yang kerap dilanda bencana diperkirakan menjadi alasan utama ketertarikan Hashimoto terhadap Palu. 

"Mereka bilang, kami ini dari Jepang yang merupakan negara bencana. Jadi tahu bahwa tidak akan ada bencana yang sama pada titik yang sama dalam kurun waktu cepat," ucapnya. 

PT Hashimoto diperkirakan akan membangun industri wood pellet  dengan nilai investasi Rp 2,4 triliun. Ada juga PT Sulawesi Global Komoditi yang bergerak dibidang pengolahan kakao dan gudang pengeringan dengan nilai investasi Rp 510 juta. 

Sementara itu, PT Indo Mangan Industri juga akan membangun smelter mangan dengan nilai investasi sebesar Rp 1,2 triliun. Perusahaan ini merupakan joint venture antara Inggris dengan Indonesia. 

PT Indo Mangan Industri diperkirakan akan mendatangkan bahan baku dari tambang batu mangan di Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Barat untuk diolah di pabrik yang sedang dibangun di KEK Palu. Targetnya, pabrik itu bisa beroperasi tahun 2020.

Selain itu terdapat beberapa investor yang sedang melaksanakan konstruksi. Di antaranya, PT Alfa Industri Mandiri yang akan membangun Pabrik Pengolahan Karbon Aktif, Coco Feat, dan Coco Fiber yang berbahan baku kelapa. 

Sedangkan, investor yang sudah produksi di KEK Palu adalah PT Asbuton Jaya Abadi. Mereka bergerak di bidang perdagangan besar bahan bakar padat, cair dan gas dengan nilai investasi Rp 100 miliar.

PT Hong Thai International juga berada di dalamnya. Perusahaan yang bergerak di bisnis pengolahan getah pinus ini memiliki nilai investasi Rp 13,7 miliar dan telah melakukan ekspor sejak akhir 2018. Nilai ekspor pada tahun 2019 adalah sebesar 2,1 juta dolar AS untuk Gumrosin dan 3.3 juta dolar AS untuk Turpentin. 

Di sisi lain, KEK Pariwisata Tanjung Lesung di Kabupaten Pandeglang, Banten, yang juga mengalami bencana tsunami tahun lalu terus berbenah. "Kami perbaiki fasilitas-fasilitas yang rusak itu," kata Direktur Utama PT. Banten West Java Poernomo Siswoprasetijo.

Poernomo menuturkan, pihaknya bersama BNPB dan BMKG melakukan mitigasi bencana. Misalnya dengan mengembangkan berbagai peralatan dan radar untuk deteksi dini tsunami. Fasilitas ini untuk memberikan keamanan dan kenyamanan kepada para pengunjung maupun investor. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement