REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan platform toko daring, Bukalapak, menyatakan telah melakukan penerapan teknologi Quick Response Indonesia Standard (QRIS) terhadap 1.000 mitra kawasan Jakarta. Hasil penerapan QRIS menunjukkan rata-rata pedagang bisa meningkatkan pendapatan rata-rata hingga 10 persen.
Vice President Online to Offline Bukalapak, Rahmat Danu Andika, menuturkan, mengajak para pelaku usaha mikro hingga pedagang kaki lima bukan hal mudah. Hal itu akibat ketidakpahaman terhadap perkembangan teknologi finansial saat ini.
Salah satu alasan yang dikemukakan pedagang karena membutuhkan uang tunai untuk modal dagang di hari selanjutnya. Sebab, arus keuangan pedagang UMKM di Indonesia mayoritas dilakukan per hari.
Namun, kendala itu terjawab karena uang yang diterima lewat pembayaran digital bisa digunakan untuk modal untuk belanja kebutuhan bahan baku maupun barang yang akan dijual kembali. Penggunaa QRIS mitra Bukalapak akan sekaligus masuk ke ekosistem perdagangan yang saat ini sudah terbentuk.
Bukalapak menjaring 1.000 mitra Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menggunakan teknoloqi Quick Response Indonesia Standard (QRIS) sebagai metode pembayaran digital. Uji coba telah dilakukan selama dua bulan.
Setelah melalui edukasi secara perlahan, pedagang-pedagang yang menjadi mitra Bukalapak berani untuk menggunakan QR code sebagai metode pembayaran barang dagangan yang dijual. Dimulai dari pedagang toko kelontong hingga pedagang jajanan yang menggunakan gerobak.
"Kami optimistis QRIS akan menjembatani gap dan membuat warung relevan dengan teknologi terkini," kata Rahmat saat ditemui di Jakarta, Rabu (21/8).
Rahmat mengatakan, QRIS menjadi sesuatu yang potensial untuk mendukung penetrasi ekonomi digital di kalangan pedagang. Meski banyak tantangan yang dihadapi, menurut Rahmat, pelaku usaha mikro harus disentuh dan mendapatkan edukasi untuk meningkatkan usahanya.
Studi lapangan yang dilakukan oleh Bukalapak menunjukkan, kerap kali pedagang jajanan kehilangan pembeli lantaran masalah tidak tersedianya uang kembalian atau uang tunai dari calon pembeli. Rahmat mengatakan, itu terjadi saat ini karena kian hari teknologi dompet elektronik semakin banyak digunakan masyarakat untuk aktivitas pembelian sehari-hari.
"Ada yang lepas ketika dia hanya bertumpu ke cara tunai. QRIS bisa menangkap potensi-potensi itu sehingga penjualan secara riil bisa meningkat," ujarnya.
Rahmat mengatakan, jumlah mitra UMKM di seluruh Indonesia saat ini berjumlah lebih dari dua juta pelaku usaha. Sebanyak 1.000 UMKM yang diajak menggunakan QRIS tentu sangat kecil dan menjadi bahan evaluasi ke depan dalam mendorong penetrasi QRIS.