REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin Indonesia bisa mengekspor bahan bakar pesawat terbang alias avtur. Hal ini disampaikan Jokowi dalam sidang bersama DPD-DPR di Kompleks Parlemen, Jumat (16/8). Jokowi ingin membalikkan keadaan dari sebelumnya Indonesia mengimpor avtur, menjadi pengekspor.
Target ekspor avtur ini, ujar Presiden, sejalan dengan kebijakan mandatory biodiesel B20 atau pencampuran olahan CPO ke dalam BBM. Pemerintah juga mulai mengkaji pengolahan avtur dari olahan CPO. Presiden yakin, seiring dengan serapan CPO yang lebih besar untuk industri migas, maka produksi avtur akan lebih optimal. Bahkan Indonesia diyakini melakukan ekspor avtur.
"Kita sudah mulai dengan B-20, akan masuk ke B30 campuran solar dengan 30 persen biodiesel. Kita bisa lebih dari itu, B-100. Avtur kita juga sudah tidak impor lagi. Kita bisa ekspor avtur. Kita juga ingin produksi avtur berbahan sawit," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor avtur pada 2018 lalu sebesar 1,22 juta ton. Sementara tahun 2017, impor avtur tercatat 1,54 juta ton. Sedangkan Pertamina sendiri mengklaim bahwa per Mei 2019 lalu, perseroangan sudah tidak lagi melakukan impor avtur.