Kamis 15 Aug 2019 12:09 WIB

Persaingan Ketat, BTPN Alami Perlambatan Kredit Pensiun

BTPN Syariah berencana melakukan inovasi digital dalam produk-produk pensiun

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Aktivitas di stand BTPN Syariah, Jakarta, Jumat (20/10).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Aktivitas di stand BTPN Syariah, Jakarta, Jumat (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Pensiunan Negara (BTPN) menyebut pertumbuhan kredit pensiun mengalami perlambatan pada semester satu 2019. Hal ini disebabkan oleh persaingan dengan perusahaan lain yang memiliki fokus pada kredit pensiun.

Direktur Utama BTPN Ongky Wanadjati Dana mengatakan pertumbuhan kredit pensiun sangat terbatas, sehingga membuat bisnis ini bersifat 'low risk high return'. "Sekarang saingannya makin banyak. Ya buat para pensiunannya sih senang, karena yang untung nasabahnya kalau bank bersaing. Segmen pertumbuhannya juga terbatas, yang pensiun banyak tapi yang meninggal juga ada, makanya bisnis ini low risk high return," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Kamis (15/8).

Menurutnya perusahaan berupaya menggairahkan pertumbuhan kredit pensiun pascaaksi penggabungan perusahaan atau merger dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI). Perusahaan berencana melakukan inovasi digital dalam produk-produk pensiun, sehingga nasabah tak malas lagi melakukan transaksi di cabang.

"Kita masuk ke digital, nantinya dipakai untuk pelayanan dalam produk-produk pensiun. Dilayani untuk mengajukan kredit melalui aplikasi, jadi pertumbuhan akan semakin meningkat. Kami berupaya untuk tambah efisien, tambah cepat, tambah akurat," ucapnya.

Ongky menjelaskan pertumbuhan kredit semester I 2019 banyak ditopang pembiayaan korporasi, usaha kecil dan menengah (UMKM), pembiayaan konsumer, dan pembiayaan prasejahtera produktif melalui anak usaha, BTPN Syariah. Berdasarkan pemaparan kinerja keuangan Bank BTPN, total penyaluran kredit tumbuh 112 persen menjadi Rp 143,4 triliun dibanding tahun lalu sebesar Rp 67,7 triliun.

Pertumbuhan kredit tersebut tak banyak ditopang oleh kredit pensiun. Pertumbuban ditopang oleh pembiayaan korporasi yang tumbuh 20 persen menjadi Rp 75 triliun, UMKM, pembiayaan konsumer, dan pembiayaan prasejahtera produktif melalui anak usahanya, BTPN Syariah.

Selain fokus melayani existing business, katanya, perusahaan juga terus mengembangkan segmen korporasi antara lain berpartisipasi dalam pembiayaan sindikasi, project financing di bidang infrastruktur dan energi, trade finance serta berkolaborasi dengan multifinance untuk pembiayaan otomotif.

"Hal ini merupakan bentuk komitmen kami dalam menggerakkan sektor riil dan berpartisipasi mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” ucapnya.

Kendati demikian, Ongky menilai pembiayaan segmen korporasi dan industri masih memiliki ruang pertumbuhan cukup menjanjikan. "Sebagai bagian dari jaringan global Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) dan dukungan penuh pemegang saham, kami memiliki kapasitas untuk ikut mengoptimalkan peluang (pembiayaan) tersebut,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement