Kamis 15 Aug 2019 07:10 WIB

Luhut: Ekonomi Indonesia Masih Baik

Pemerintah mewaspadai faktor global yang berdampak pada ekonomi nasional.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Friska Yolanda
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan beberapa isu dalam acara coffer morning dengan awak media masa di kantornya, Selasa (2/7).
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan beberapa isu dalam acara coffer morning dengan awak media masa di kantornya, Selasa (2/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mewanti-wanti kondisi perekonomian nasional dalam negeri dalam menghadapi gejolak perekonomian dunia. Luhut menyebut banyak negara tengah mengalami persoalan ekonomi seperti yang dialami Venezuela, Argentina, hingga Italia. Pun dengan dampak dari perang dagang antara Cina dengan Amerika Serikat yang dapat mengundang gejolak ekonomi di berbagai negara lain, termasuk Indonesia.

"Kita harus hati-hati menghadapi itu, jangan sampai kita asyik sendiri ternyata tiba-tiba kita kena guncangannya," ujar Luhut di Kantor Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman, Jakarta, Rabu (14/8).

Baca Juga

Luhut menilai, meski ekonomi masih baik, pemerintah perlu mewaspadai kondisi perekonomian global. Mengenai perang dagang AS dan Cina, kata Luhut, pemerintah sudah melakukan pembahasan terkait pelemahan yuan. Bahkan, lanjut Luhut, negara tetangga seperti Singapura pun tak terhindar dari dampak perang dagang AS dan Cina.

"Singapura sendiri kena kontraksi tapi ekonomi Indonesia masih baik, kelihatan semua bagus," kata Luhut.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan pelemahan mata uang Cina akan berimbas ke perekonomian nasional. Menurutnya, pelemahan mata uang Cina ke level 7 yuan per dolar AS bisa berimnas pada nilai tukar rupiah, indeks harga saham, hingga imbal hasil obligasi. Menanggapi ini, ujarnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta jajaran menterinya untuk menyisir kemungkinan risiko yang bisa saja terjadi.

"Transmisi dari pengaruh global ini suka atau tidak suka pasti akan terasa. Tapi faktor fundamental kita bagi Indonesia untuk tetap bisa tumbuh dan pertahankan pertumbuhan di atas 5 persen tanpa menimbulkan kerapuhan dengan lingkungan global yang sangat volatile ini," jelas Sri Mulyani usai menghadiri rapat terbatas di Istana Merdeka, Selasa (13/8).

Salah satu kunci untuk menjaga ketahanan perekonomian nasional, menurut Sri, adalah meningkatkan arus investasi. Sri menyampaikan, demi menjaga minat investor ini makan pemerintah terus menjaga kualitas infrastruktur, ketrampilan sumber daya manusia, dan pemberian insentif kepada investor.

"Investasi yang terutama berasal dan bisa timbulkan capital inflow harus jadi salah satu tugas yang paling penting. Jadi policy tadi dibahas apa saja. Kita juga perbaiki daya kompetisi kita," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement