Rabu 14 Aug 2019 02:17 WIB

Ekspor CPO Mandek, Pasar Amerika Selatan Potensial?

Indonesia harus fokus pada produk turunan CPO dalam membidik pasar Amerika Selatan.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Pekerja melakukan bongkar muat minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (19/9).(Republika/Prayogi)
Foto: Prayogi/Republika
Pekerja melakukan bongkar muat minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (19/9).(Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang lesu disebabkan adanya sejumlah tantangan global. Untuk itu pemerintah mulai membidik pasar nontradisional yang ada di kawasan Amerika Selatan sebagai negara tujuan ekspor CPO Indonesia.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus menilai, kawasan Amerika Selatan cukup potensial sebagai pasar baru CPO Indonesia. Hanya saja, pemerintah perlu memperhitungkan kekuatan Brasil sebagai produsen CPO terbesar yang memasok mayoritas produknya di kawasan tersebut.

Baca Juga

“Di Amerika Selatan, kita punya kompetitor yaitu Brasil. Dan Brasil ini produsen yang besar, apalagi mereka sudah melakukan hilirisasi,” kata Ahmad saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (13/8).

Sehingga menurut dia, produk-produk minyak nabati Brasil saat ini menjadi produk andalan baik itu di Brasil maupun di kawasan Amerika Selatan. Sehingga dengan hilirisasi itu Brasil telah mengembangkan produk-produk substitusi atau sub-komponen kelapa sawit di pasar tersebut.

Untuk itu, kata dia, Indonesia perlu memfokuskan strategi bermain di produk-produk intermediate atau produk jadi. Sehingga ke depannya ekspor kelapa sawit Indonesia tidak lagi berbentuk mentah namun berupa produk-produk turunannya.

“Maka itu kita perlu memiliki argumentasi atau justifikasi yang kuat bahwa dengan menggunakan CPO, produk-produk turunan itu akan lebih efisien. Sehingga kita bisa jadi pelengkap lah,” kata dia.

Di sisi lain, belum rampungnya kerja sama komprehensif (Cepa) ke seluruh negara-negara di kawasan tersebut menjadi kendala lainnya. Misalnya, kata dia, kendala tarif bakal terus mengiringi ekspor CPO Indonesia. Untuk itu pemerintah dinilai perlu mengambil langkah pararel, yakni mulai berpenterasi ke kawasan tersebut sambil melakukan lobi-lobi bilateral pengurangan tarif ke sana.

“Lobi bilateral ini untuk pengurangan tarif supaya (produk) kita masuk ke sana lebih mudah. Ya meskipun mereka pasti minta juga produknya bisa dimudahkan masuk ke Indonesia,” ucapnya.

Direktur Amerika II Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Darianto Harsono menyampaikan, peluang ekspor ke Amerika Selatan cukup terbuka. Peluang tersebut di antaranya ada di Argentina, Kolombia, Ekuador, dan secara khusus dengan Cile yang telah memiliki kerangka kerja sama komprehensif dengan Indonesia (IC-Cepa).

Seperti diketahui, berlakunya IC-Cepa pada 10 Agustus 2019 menghapus pos tarif masuk sejumlah produk asal Indonesia, salah satunya kelapa sawit. Adapun fasilitas be masuk kelapa sawit Indonesia ke Cile bebas bea masuk, atau nol persen. Di sisi lain, kata dia, pemerintah juga terus melakukan upaya bilateral untuk meningkatkan ekspor CPO Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement