Selasa 13 Aug 2019 19:36 WIB

Hama Ulat Grayak Jadi Ancaman Petani Jagung

Ulat Grayak merupakan hama invasif

Red: EH Ismail
Fall Armyworm (Ulat Grayak Jagung).
Foto: FAO
Fall Armyworm (Ulat Grayak Jagung).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) tidak tinggal diam dalam mengamankan produksi jagung dari ancaman serangam organisme pengganggu tumbuhan. Apalagi, baru-baru ini sedang dihebohkan adanya hama ulat grayak pada jagung yang sudah mewabah di beberapa negara. 

Kepala Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari, Kementan, Enie Tauruslina Amrullah mengatakan Kementan beberapa kali sudah melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang serangan hama tersebut. 

Ulat Grayak atau nama latinnya Spodoptera frugiperda atau fall army worm merupakan hama invasif. "Dia menyerang tanaman jagung pada beberapa negara di dunia," ujar Enie di Jatisari, Jawa Barat, Selasa (13/8).

photo
Kepala Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari, Kementan, Enie Tauruslina Amrullah.

Enie menuturkan hama ini sudah menyebar ke negara-negara lain seperti Afrika, India, Thailand, China, dan Myanmar. Dalam satu malam, ngengat S. frugiperda mampu terbang sejauh ratusan kilometer dengan bantuan angin Sementara negara asalnya di Amerika, S. frugiperda dapat berpindah sejauh 1700 km dari Texas ke Florida pada musim semi hingga musim gugur. 

“Jadi kita jangan main-main dengan ancaman hama ini. Bahkan, hama ini dapat menyebabkan kehilangan hasil pada produksi jagung sebesar 40 persen di Honduras dan 72 perseb di Argentina. Kita upayakan betul jangan sampai terjadi seperti itu di Indonesia,” tegasnya.

Lebih lanjut Enie menyebutkan hasil pemantauan yang dilakukan BBPOPT pada periode April-Juli 2019, S. frugiperda telah ditemukan di 12 Provinsi yang ada di Indonesia seperti Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Gorontalo. Selain 12 Provinsi yang telah dimonitoring oleh BBPOPT, serangan S. frugiperda juga telah dilaporkan terjadi di beberapa Provinsi lainnya di antaranya Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, dan Jawa Timur.

"Masyarakat harus tahu bagaimana ciri-ciri gejala serangan hama S. frugiperda yang menyerang tanaman jagung," ucapnya.

Pada serangan awal, kata Enie, larva S. frugiperda memakan lapisan epidermis daun. Pada serangan lanjutan, larva S. frugiperda memakan daun-daun hingga ke pucuk tanaman serta terlihat lubang-lubang pada daun jagung. Selanjutnya pada tingkat serangan yang tinggi, kita dapat menemukan kotoran dari larva pada tanaman jagung seperti serbuk gergaji”, jelas Ernie dengan rinci. 

“Selain menyerang daun, larva S. frugiperda juga dapat menyerang tongkol jagung. Sedangkan hasil pemantauan di lapangan, serangan S. frugiperda lebih banyak ditemukan pada tanaman jagung yang masih muda dibandingkan dengan tanaman jagung yang sudah memasuki fase generatif," terangnya.

Langkah Pengendalian

Seperti halnya di Kecamatan Jawilan, Kabupaten Serang Banten, BBPOPT Kementan melakukan pengamatan dan memeang sudah ditemukan serangan S. frugiperda pada padi umur 10-70 HST. Varietas yang ditanam petani saat itu Bisi 18 dan Suma di areal seluas 25 ha. Dan diketemukan intensitas serangan sekitar 25,92%, cerita Enie.

Langkah yang perlu kita lakukan? Enie menyebutkan pada tingkat serangan tinggi maka lakukan pengendalian kimiawi dengan insektisida. Tapi ingat, secara bijaksana dan hindari penggunaan berspektrum luas. Aplikasi insektisida ini diberikan di pucuk tanaman jagung karena larva S. frugiperda umumnya ditemukan di sekitar pucuk tanaman jagung.

Kalau untuk di wilayah di kecamatan Jawilan tersebut dilakukan pengendalian dengan racun bahan aktif BPMC. Bahan racun diberikan dari bantuan Provinsi Banten. "Kami dorong penanganan awal oleh instansi daerah, kalau serangan sudah meluas dan sulit dikendalikan maka kami dari pusat pasti turun tangan juga," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement